Kamis, 28 April 2016

1. Tujuan Adikodrati

1. Tujuan Adikodrati

Bila kiat meneliti batin dan melihat masa lampau maka kehidupan rohani kita tidak berkembang sam sekali.
Mengapa sagala usaha kita yang banyak itu tidak mengaasilakan buah nyata?
Karena kita masih selalu melakukan kesalahan yang sama seperti tak kala kita merasa sudah pergi tetapi salah melangkah sebenarnya; walau sudah melakukan matiraga dan tapa?
Sebab semua ini kita melalui jalan yang keliru, bukan Allah yang tidak menanggapi tetapi kita terjebak kepada cinta diri menuju kesucian semu dan mandul.

Pada dasarnya hanya ada satu pintu yang harus kita semua lalui, malaui Yesus; diluar dari itu hanya akan mengalami sia-sia belaka, kita pasti akan mengalami rintangan yang macam-macam sampai tak teratasi lagi oleh kita.
Kita seperti pencuri yang bodoh masuk tidak melaui pintu maka akan gagal total.
Satu-satunya pintu adalah Kristus dam masuk artinya Percaya kapada Kristus dan harus mengobarkan cinta mesra yang tak putus-putusnya, yang akan memampukan kita serta menguatkan hati kita sehigga dapat membalas cinta-Nya dan semakin kita menyerupai nyala dan sinar kasih Ilahi yang manjadi citra kita semua.

Perlu diperhatikan dengan waspada bial kita bermatitraga hanya untuk mencita-citakan kesempurnaan si aku dan berkisar pada si aku saja, akan sia-sia belaka. Buahnya sedikit dan hasil yang diperoleh semu saja : Barang siapa menabur kodrati, buah panennya akan kodrati juga.

Hidup bermatiraga Kristen berlandaskan seluruhnya pada dasar Ilahi yang menjiwai, menyemangati dan menahantar orang ketujuannya, ?Cintailah Allah dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu dan seganap kekuatanmu? inilah rangkuman dan intisari Perjajian Lama.
Perjanjian Baru mengulangi, menjelaskan dan mewartakan kepada semua orang perintah pertama dan utama ini, perintah yang serba sederhana serta sekuat Allah sendiri.

Sejak awal hidup rohani, jiwa harus diarahkan kepada cinta sempurna, kepada Allah sendiri, kalau tidak, orang tidak akan mengerti makna agama Kristen.
Ia hanya kembali ke jerih payah dan usaha yang berpusat pada si aku dan menganut kembali suatu ajaran yang berkisar pada diri sendiri, ajaran Stoa (sebuah aliran falsafah kuno Yunani dan Romawi; falsafah ini mengajarkan jalan untuk mencapai kebahagiaan melaui kebajikan-kebaikan Moral agar oaring mencapai keseimbangan dalam dirinya sendiri. Jadi, suatu usaha yang bersumbaer pada manusia dan dilakukan demi kemanusiaan). Usaha ini hanya akan sia-sia belaka karena tidak bersumber dan tujuannya bukan kepada Allah yang Esa.

Seandainya kita semakin yakin dan untuk selamnya, seperti apa yang dikatakan oleh Sang Guru Ilahi kita, ?Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa? niscaya hidup kita akan berubah rupa. Kita akan dipastikan melatih diri bukan hanya dalam kebajikan ini atau itu saja, melainkan juga dalam segala kebajikan tanpa batas?.. samapi kita lupa akan diri kita sendiri; seperti lilin yang dibakar sampai habis ?Cinta yang membakar seluruh tubuh dan jiwa kita? sebab kita masuk kedalam alam kesadaran tinggi bahwa Tuhan lah sendiri yang harus kita jadikan pangkal dan tujuan segala perbuatan kita.
Pasti kita akan bekerja dengan sekuat tenaga, hati dan jiwa untuk meraihnya tetapi kita harus tetap memiliki kerendahan hati bila berhasil maju; kitapun diminta harus tetap penuh harapan bila mengalami kegagalan atau kurang berhasil.
Jika kita insyaf bahwa bukan apa-apa tetapi menjadi kuat dan mampu karena Kristus, ?Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku?.
Tentu kita tidak akan putus asa karena kesalahan kita dan tidak menjadi angkuh atas perbuatan baik kita. Perbuatan baik itu hanya dapat kita selesaikan berkat rahmat dan campur tangan Allah saja. ?manusia menginkan tetapi Allah yang menentukan juga?

Lagi pula jiwa yang sadar baik akan kehampaannya maupun akan kepenuhan Allah, tidak perlu merasa dihalangi oleh kekurangan dan kelemahannya. Itu semua dapat berubah menjadi upaya dan membuka kesempatan kepada iman untuk bertumbuh kepada pengharapan untuk mengatasi segala sesuatu yang tidak menghantar kita kepada Allah. ?Sebab itu, terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku? ?supaya kuasa kristus turun menaungi aku?
Bila kita mulai mempercayakan diri kepda Allah dan tidak lagi pada diri sendiri, kita akan melangkah maju di jalan kasih dengan langkah lebar. Semakin lama, makin besarlah kuasa cinta atas perbuatan-perbuatan kita dan semakin murni pula maksud hati kita. Dengan demikian, dalam waktu singkat kasih akan dapat meresapi seluruh hidup kita.
Jika kita ingin setia akan ajaran Injil, sikap hati seperti itu harus kita kejar sehingga kita didorong dalam segala tindakan oleh iman dan cinta. Sebagaimana kodrat tidak akan pernah menghasilkan buah adikodrati, demikian juga kita tak akan pernah berhasil memperoleh sikap hati itu, jika kita tak berusaha menjiwai hidup kita dengan iman, harapan dan cinta. Kebajikan ini hanya ditemukan dalam agama Kristen.

Kita tidak mampu menucapkan nama Tuhan tanpa bantuan rahmat. Itu ditegaskan oleh St. Paulus, ?Tidak ada seorang pun yang dapat mengaku, Yesus adalh Tuhan, selain oleh Roh Kudus?.
Maka, bagaimanakah kita dapat berharap mencapai tujuan adikodrati dengan usaha kita sendiri?
Orang yang mau menaggalkan manusia lama harus mau berusaha sekuat tenaga. Itu benar, namun bilamanakah semngat dan kerelaan berusah manjadi paling kuat?
Bila itu hanya hasil budi kita sendiri ataukah bila ini dibuahkan oleh iman dan cinta?
Pertanyaan ini mudah dijawab secara spontan oleh hati kita.
Akan tetapi, mangapa dalam mengembangkan hidup batin, kita jarang menggunakan kekkutan dan terang ketiga kutamaan Ilahi itu, padahal iman, harpan dan cinta inilah yang langsung menuju Tuhan?
Mengapa kita tidak dari semula mudah masuk ke dalam kerajaan batin, ke dalam kemesraan Allah?
Kerajaan Kristus terbuka bagi kita. Tuhan menghendaki agar kita masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Itu jelas dari firman-Nya, ?Tinggallah di dalam Aku dan Aku tinggal di dalam kamu?.
Mari kita menanggapi panggilan Tuhan, hari ini juga dan kita mulai pula akan hidup berdasarkan iman. Sebab ?Orang benar akan hidup oleh iman?.



reff : http://pengalamanspiritualitas.blogspot.com/2009/06/1-tujuan-adikodrati.html


Video yang berkaitan dengan 1. Tujuan Adikodrati


0 comments:

Posting Komentar