Selasa, 10 November 2015

Prosedur Pemeriksaan Leopold

Baiklah sobat, kali ini kita akan membahas mengenai Pemeriksaan Leopold. Pemeriksaan leopold ini dilakukan untuk mengetahui presentasi janin, tinggi fundus uteri, dan apakah kepala bayi sudah memasuki PAP atau belum. Langsung saja kita masuk ke pembahasannya.

Untuk persiapannya, wanita hamil yang akan diperiksa disuruh berbaring telentang dengan bahu dan kepala sedikit lebih tinggi (memakai bantal) dan pemeriksa berada di sebelah kanan pasien (atau di sebelah kiri untuk pemeriksa yang kidal).

Baca juga : Prosedur Pemeriksaan Pelvimetri Klinis

Setelah pasien yang akan diperiksa berbaring telentang, perhatikanlah apakah uterus berkontraksi atau tidak. Jika berkontraksi maka harus ditunggu sampai kontraksinya berhenti. Dinding perut juga harus rileks, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti dan nyaman. Untuk itu, tungkai pasien dapat ditekuk pada pangkal paha dan lutut. Suhu tangan pemeriksa harus disesuaikan dengan suhu tubuh pasien agar pasien tetap merasa nyaman dan agar dinding perut tidak tidak berkontraksi tiba-tiba akibat perubahan suhu. Maka, sebelum melakukan palpasi, kedua telapak tangan dapat digosokkan terlebih dahulu baru kemudian pemeriksaan dilakukan.

Palpasi dapat dilakukan secara sistematik berdasarkan Perasat Leopold. Perasat Leopold adalah teknik palpasi bimanual yang dibagi dalam 4 tahapan teknik pemeriksaan, yaitu:

Leopold I
  1. Pemeriksa menghadap ke arah wajah ibu hamil
  2. Dengan menggunakan kedua tangan, pemeriksa menentukan tinggi fundus uteri (jarak fundus ke prosessus xiphoideus atau pengukuran dengan sentimeter jarak dari pinggir atas simphisis ke fundus uteri)
  3. Melakukan palpasi secara gentle dengan menggunakan jari-jari kedua tangan untuk menentukan bagian mana dari janin yang terletak pada fundus.


Bokong akan teraba sebagai bagian yang besar dan lunak, sedangkan kepala akan teraba sebagai bagian yang keras, bulat, dan lebih mudah untuk digerakkan.


Leopold II
  1. Pemeriksa masih menghadap ke arah wajah ibu hamil.
  2. Dengan menggunakan kedua tangan, telapak tangan diletakkan pada sisi kiri-kanan abdomen dengan memberikan sedikit penekanan.
  3. Menentukan letak bagian besar (punggung) dan bagian-bagian kecil janin.
  4. Pada letak lintang, tentukan di mana letak kepala janin.



Pada satu sisi akan teraba bagian yang agak keras dan besar yang merupakan punggung janin, dan di sisi lain akan teraba beberapa bagian kecil yang lebih mudah digerakkan yang merupakan ekstremitas dari janin.

Wanita hamil dengan dinding abdomen yang tipis akan membuat bagian-bagian janin tersebut dapat diidentifikasi.

Leopold III
  1. Pemeriksa menghadap ke arah wajah ibu hamil.
  2. Dengan menggunakan ibu jari tangan kanan dan jari-jari tangan lainnya untuk menentukan bagian terbawah janin dengan cara meraba di daerah abdomen bagian bawah atau tepat di atas simphisis pubis, sedangkan tangan kiri melakukan fiksasi pada bagian fundus uteri.



Leopold IV
  1. Pemeriksa sekarang menghadap ke arah kaki ibu
  2. Dengan menggunakan 3 jari dari kedua tangan, maka selain dapat ditentukan bagian terbawah janin juga untuk menentukan seberapa jauh bagian tersebut telah memasuki pintu atas panggul.



Bila kepala dalam sikap fleksi, maka tonjolan kepala adalah dahi yang berada di pihak bagian-bagian kecil, sedang dalam sikap defleksi maka tonjolan kepala adalah oksiput yang berada di pihak punggung. Dengan menggunakan ujung ketiga jari kedua tangan, pemeriksa melakukan tekanan yang dalam searah dengan aksis punggung. Tangan yang tertahan menunjukkan adanya tonjolan kepala, sedangkan tangan yang lain akan dengan mudah masuk lebih jauh ke dalam panggul.

Bila kepala belum masuk ke dalam panggul, kepala dengan mudah dapat digerakkan ke kanan dan ke kiri dan teraba ballotement. Kedua jari tangan dapat berada di antara kepala dan simphisis. Bila hanya sebagian kecil kepala saja yang dapat teraba dan kepala tidak dapat digerakkan, maka ia sudah memasuki PAP (engaged).


Baiklah sobat, inilah artikel kali ini mengenai Pemeriksaan Leopold, semoga bermanfaat bagi teman-teman semua dan bila ada pertanyaan, silakan tuliskan di kolom komentar J


reff : http://softilmu.blogspot.com/2015/11/prosedur-pemeriksaan-leopold.html

Pendidikan Anak Usia Dini: Peluang yang adil bagi semua

Sun Wook Jung, Education Officer

Bersama para guru Pos PAUD Puspa Hati, Surabaya.��UNICEF Indonesia/2015.

Saya adalah seorang 'drop-out' dari TK saya di Korea beberapa tahun yang lalu. Saya sering berkelahi dengan murid-murid laki-laki hingga akhirnya memutuskan untuk berhenti sekolah. Tetapi prestasi sekolah saya cukup bagus, sehingga saya jadi meremehkan manfaat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Namun, saya sadar sekarang bahwa saya sangat beruntung memiliki seorang ibu yang sering membacakan buku dan mengajari saya bagaimana cara menghitung. Jadi, meskipun saya keluar dari TK, saya tetap mendapatkan pendidikan anak usia dini di rumah. Hal ini belum tentu terjadi bagi banyak anak-anak di seluruh dunia, terutama mereka yang berasal dari keluarga marginal dan miskin di Indonesia.


Kapasitas intelektual dan fisik anak ditentukan pada usia dini. Mereka membutuhkan seseorang untuk membantu perkembangan mereka selama masa pertumbuhan otak. Hal ini seharusnya tidak tergantung pada keberuntungan belaka, yaitu apakah mereka memiliki orang tuan yang bisa memberikan waktu dan perhatian untuk mengajarkan mereka membaca, menulis, dan berhitung.

Guru adalah kunci untuk perkembangan anak. Saya sering memikirkan kutipan terkenal di McKinsey Report: "kualitas sistem pendidikan tidak dapat melebihi kualitas gurunya". Anak-anak membutuhkan guru yang tidak hanya mengajarkan keterampilan tetapi juga memiliki kesabaran dan keperdulian terhadap anak-anak.

Itulah mengapa saya merasa sangat senang ketika bertemu Ibu Sri Emy, seorang pelopor PAUD, saat berkunjung ke Surabaya. Ibu Sri Emy adalah pendiri dan kepala Puspa Hati Centre

reff : http://indonesiaunicef.blogspot.com/2015/06/pendidikan-anak-usia-dini-peluang-yang.html

Palpasi Denyut Arteri Ekstremitas

Baiklah sobat, kali ini kita akan membahas mengenai Palpasi Denyut Arteri Ekstremitas. Pemeriksaan ini diperlukan saat kita sedang melakukan Pemeriksaan Fisik Jantung. Pemeriksaan ini dilakukan pada arteri radialis, arteri brakhialis, arteri femoralis, arteri poplitea, arteri tibialis posterior dan arteri dorsalis pedis. Langsung saja kita masuk ke pembahasannya.

Pemeriksaan denyut radial
Pemeriksa berdiri di depan pasien. Denyut radial diperiksa dengan memegang kedua pergelangan tangan pasien dan mempalpasi denyut radial dengan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis. Pemeriksa memegang pergelangan tangan kanan pasien dengan jari kiri dan pergelangan tangan kiri dengan jari kanan. Kesimetrisan denyut kemudian dibandingkan dalam hal waktu dan kekuatan.


Palpasi denyut brakial
Karena denyut brakial lebih kuat dibandingkan denyut radial, pemeriksa harus memakai ibu jarinya untuk mempalpasi arteri brakialis. Arteri brakialis dapat dirabab di bagian medial tepat di bawah otot atau tendo muskulus biseps. Pemeriksa masih dalam posisi berdiri di depan pasien, dan kedua arteri brakialis dapat diraba secara serentak. Tangan kiri pemeriksa memegang lengan kiri pasien. Kalau denyut brakial sudah teraba, pemeriksa melakukan penekanan progresif sampai kekuatan sistolik maksimal dapat diraba dan dapat menentukan bentuk gelombangnya.


Palpasi denyut femoral
Pasien dalam posisi berbaring, pemeriksa di sisi kanannya. Sudut lateral dari trigonum rambut pubis diamati dan dipalpasi. Arteri femoral berjalan melintang melalui sudut trigonum rambut pubis di bawah ligamentum inguinal dan di pertengahan antara simpisis pubis dan spina iliaka anterior superior. Kedua denyut femoral dapat dibandingkan secara serentak.


Jika salah satu denyut femoral berkurang atau tidak ada, lakukanlah auskultasi untuk mendengar adanya bruit. Diafragma stetoskop diletakkan di atas arteri femoral. Adanya bruit menunjukkan penyakit aortoiliofemoral obstruktif.

Baca juga : Bunyi Jantung Utama, Bunyi Tambahan, dan Bising Jantung

Palpasi denyut poplitea
Arteri poplitea seringkali sulit diperiksa, tiap arteri diperiksa secara terpisah. Posisi penderita telentang. Kedua ibu jari pemeriksa diletakkan di atas patela dan jari-jari lain dari kedua tangan pada ruang poplitea di belakang. Pemeriksa memegang tungkai pasien dalam kondisi ringan. Pasien diminta untuk tidak mengangkat tungkainya karena ini akan mengeraskan otot-otot sehingga menyulitkan untuk meraba denyut poplitea. Kedua tangan harus menekan kuat pada fosa poplitea.


Palpasi denyut dorsalis pedis
Denyut dorsalis pedis diraba dengan posisi kaki dorsofleksi. Arteri dorsalis pedis berjalan sepanjang garis dari retinaculum ekstensor pergelangan kaki ke suatu titik tepat lateral tendo ekstensor ibu jari kaki. Denyut dorsalis pedis dapat diperiksa secara serentak.


Palpasi denyut tibialis posterior
Arteri tibialis posterior dapat diraba sewaktu ia melingkar di sekitar malleolus medial selama fleksi plantar. Kedua arteri ini dapat diperiksa secara serentak. Meskipun 15% orang muda tidak mempunyai denyut tibialis posterior, tanda paling sensitif untuk penyakit oklusi arteri perifer pada pasien yang berumur di atas 60 tahun adalah tidak adanya denyut tibialis posterior.



Baiklah sobat inilah artikel kali ini mengenai Palpasi Denyut Arteri Ekstremitas. Mungkin banyak istilah yang teman-teman tidak ketahui, oleh sebab itu kami menyediakan beberapa gambar untuk memperjelas pembahasan. Jika teman-teman mempunyai pertanyaan, silakan tuliskan di kolom komentar. Terima kasih J


reff : http://softilmu.blogspot.com/2015/11/palpasi-denyut-arteri-ekstremitas.html

Silaturrahmi Angera Pekanbaru



3 keluarga di Pekanbaru bersilaturrahmi menjadi 1 keluarga besar Angera. Tampak sangat meriah dengan hidangan spesial buka puasa bersama. Selamat tuk Maimunah - Miftah sklrg, Nurizah sklrg dan Uswatun Hasanah - Yasrif Tambosai sklrg. �Seru banget! /f


reff : http://angera81.blogspot.com/2014/07/silaturrahmi-angera-pekanbaru.html