Jumat, 11 Maret 2016

unnok/ginukan, freshwater shellfish

Unnok or ginukan(Delillia sp.)is a freshwater mollusk or bivalve that grows in rivers, it is believed to be endemic in the Cagayan River especially along the towns of Lal-lo and Camalaniugan (unnok is abundant as well in the Abulug River), although it can be usually found in rivers close to the coastlines (deltas) in Northern Luzon. But nowadays unnok is becoming rare in Cagayan itself, reportedly because of the ongoing quarrying/dredging activities (actually mining of magnetite or black sand which is reportedly wreaking environmental havoc) along the Cagayan River which affect not justunnok but also the kabibi (Batissa violacea), another important shellfish endemic in the area (and other shells and fish, like the rare and expensive ludong). Quarrying/dredging/mining of sand in the river disturbs the habitat of these shells endangering their very existence.

This is somehow true because I myself rarely can find unnok for sale in the wet markets, whereas in the past years it's sold in abundance in regular market days.

And imagine my pleasant surprise when I found this in the Allacapan (Cagayan) market and was told that it came all the way from Laoag City (Ilocos Norte)! The vendor said unnok is almost a thing of the past in Cagayan, it's not readily available anymore as it were, and she's not exaggerating, I guess. I bought the whole remaining lot for fifty pesos:



We made it into a soup with lots of tomatoes and onions, and some bugguong juice to taste. The broth is so savory with a hint of sweet and sour tomato goodness.



The tiny bits of flesh has a distinct taste and texture among other freshwater shells that makes unnok a kind of delicacy, especially now that it's diminishing and becoming a rarity.



And of course, unnok meat is also prized because it's great to be made into a bugguong (salted). The vendor also sells bugguong nga unnok at one hundred fifty pesos a bottle (yes, it's that expensive). But I was able to convince her for a hundred bucks plus the fresh shells, so this is it, I got one, it's been years since the last time I saw bugguong nga unnok being sold.




It's perfect with a squeeze of calamansi and it's a great appetizer, just like bugguong nga ipon.





What an opportunity to once again blessed with this bounty, now that some greedy people are destroying nature that nurtures its very existence... What a pity that future generations might not enjoy this delicacy anymore, when it's already extinct in the Cagayan River...

Meanwhile, here's a video by Youtuber mjrfmpaul123of unnok (ginukan) being prepared as a kind of "salad":



Enjoy!





reff : http://pinakbetrepublic.blogspot.com/2012/02/unnokginukan-freshwater-shellfish.html

Laboratorium Biokimia dan Kejahatan Kecil Di dalamnya

Setelah sekian lama blog ini hanya dipenuhi dengan sampah sastra seorang perempuan budak sajak, untuk pertama kalinya aku ingin menyampaikan bagaimana perasaan ini. Bukan, bukan curahan nelangsa patah hati roman picisan. Hanya saja, tentang rindu yang mulai menyeruak.

Tulisan ini aku buat dalam hiruk pikuknya jalan raya karena mudik menjelang lebaran yang kabarnya aku lihat diberita siang dan malam. Tentu saja masih dengan deraan skripsi. Semester 8 sudah berlalu dan kini memasuki semester 9. Lebih tepatnya, tulisan ini begitu saja muncul, bermonolog dalam pikiran, saat bab I pendahuluan masih saja tertulis ?I.1 Latar Belakang? di lembar kerja Ms. Word. Padahal sudah duduk di depan netbook 5 jam dengan susunan jurnal internasional yang usia publikasinya rata-rata hampir 5 tahun lebih tua dariku. Bravo.

Oke, itulah prolognya. Dan sekarang intinya. Aku rindu. Sudah hampir seminggu aku tidak mengunjungi Laboratorium Biokimia dengan segala kegaduhan kontaminasi, aroma busuk destruksi, tangki air kosong, dan banyaknya kotoran tikus di tempat solat. Laboratorium yang mengubah manusia bersahaja menjadi manusia bermental baja. Laboratorium yang banyak menumbalkan nyawa mikrobia, hingga membuat gila.

Hampir semua mahasiswa di jurusan kami menomor terakhirkan laboratorium biokimia sebagai pilihan lab riset mereka untuk menyandang toga. Karena banyaknya kepercayaan yang beredar di tengah kalangan mahasiswa. Dari yang lulusnya lama, bermain mikrobia yang mengancam kesehatan pencernaan, hingga dosen yang sakleknya tidak terhingga.

Laboratorium biokimia memang tidak selengkap laboratorium lain. Banyak sekali alat-alat analisa yang mahal dan ?wah? mangkrak tak terpelihara. Bahkan anaerobic jar, terpaksa dengan bangganya dibuat dari stoples dan lilin layaknya perangkat ngepet, inkubator seperti rumah burung dara dari triplek  alakadarnya dan autoklav yang diganti dengan panci presto untuk memasak bandeng presto milik dosen kami. Namun, inilah yang secara tidak sadar telah melatih kita untuk memutar otak bahwa sains, ilmu pengetahuan, tidak harus mahal, meskipun bahan kimia menolak dikatakan seperti itu.

Masih terngiang ketika salah satu pejuang biokimia yang penuh canda tawa seketika terdiam sunyi dan melorot ke lantai karena larutan kontrol yang keruh. kontaminasi. Saat itu juga rekan-rekan yang lain hanya menyuruhnya untuk libur barang 1-2 minggu untuk memperbaiki mood barulah peremajaan bakteri lagi. Saat itu aku dengan rekan sejawatku hanya tertunduk lesu memandang data hasil riset yang hasilnya tak kalah semrawutnya seperti jalan raya akhir-akhir ini.

Bila digabungkan segala macam kegagalan yang terjadi dalam laboratorium ini, akan penuh aroma sesak menyerikan dada yang mengudara. Namun, seperti janji Allah pada umatnya bahawa segala sesuatu kesusahan pasti ada kemudahan. Dan itulah sedikit banyak yang kita percayai dalam bahasa kepercayaan ke-16 personil pejuang lab ini. Mari aku ceritakan padamu perangai mereka satu-persatu:

1. Anthonius Tulus Mangisi Panjaitan (Anton)

Orang ini sering sekali dipanggil ?abang? oleh rekan-rekan yang lain. Alasannya aku pun kurang mengerti. Mungkin karena mukanya sangar. Tapi orang inilah sumber dari segala aroma busuk khas kaos kaki olahraga yang menyeruak di sekeliling lab biokimia. Ya, destruksi. fyi saja, destruksi adalah metode genosida terjahat yang sering dilakukan di laboratorium kami untuk membunuh koloni mikrobia hasil biakan. Caranya adalah dengan memasukkan koloni terlarut dalam media pada wadah erlenmeyer dan dipresto hingga bunyi desisan keluar dari panci presto. Setelah itu hasil presto itu dicuci. Baunya, menggugah selera. Menggugah selera untuk menjumroh Anton dan rekan sejawatnya, Ngibad.

Anton ini cukup bisa diandalkan, tapi tidak untuk membeli galon. Aku dan Rahma sering merengek untuk dibelikan galon agar kita tidak lagi dilanda dahaga ketika nge-lab (re: bekerja di lab) dan menghindari dehidrasi hingga konstipasi mengingat kerja kita begitu menguras tenaga dan psikis tentunya. Bahkan aku dan Rahma pernah menawarkan diri untuk membeli galon, tapi tidak digubris.
Namun dalam hal lain dia cukup bisa meng-handle. Contohnya saat dihubungi untuk menemani nge-lab, mengajari penggunaan alat sterilisasi. Doi juga dipercaya untuk menjadi ketua panitia pembuatan buku angkatan. Kalau aku bilang mungkin, tinggal ada Anton dalam kemasan sachetyang tinggal seduh, aku beli satu dan ready to use. Hehe. Namun sekali lagi, tidak untuk membeli galon.

Doi juga gemar selfie. Apalagi pake hapenya Rahma. kata Anton ?Njir kok gua jadi ganteng gini yak.?Kemudian dia lanjut lagi ikutan foto. Mumpung ganteng katanya.

Yang sedikit kamvret mungkin satu, Anton dan rekannya ini sama sekali tidak meminjam alat gelas pada laboran lab kami. Alhasil doi sering menjajah peralatan kami dan sangat sulit untuk memintanya kembali. Tingo*! Hahaha. Batang pengaduk sama spatula (atau sendok besi dalam bahasamu, Ton) aku ikhlas minjemin kok, asal pas udah bebas lab, balikin yak. :V

*Tingo (pascuence): the act of taking objects one desires from the place of a friend by gradually borrowing all of them.

2. Fauzanul Ngibad (Ngibad)

Orang ini partner in crime-nya Anton. Aku kira Ngibad adalah tipe-tipe orang tekun, sopan dan berperilaku yang selalu terpuji. Ternyata aku salah. selama hampir 3,5 tahun menuntut ilmu dijurusan dan angkatan yang sama baru terlihatlah perangai aslinya ketika bersama disemester akhir mengejar toga di lab yang sama. Doi ini parah banget ternyata gilanya. Anak-anak lain menduga bahwa Ngibad terkontaminasi Anton saking seringnya bersama. Tapi aku punya teori yang berbeda. Anak ini sebenarnya sudah gila sejak lahir, hanya saja baru terlihat akibat terlalu banyak mencerna aroma dekstruksi bahan risetnya. Hehehe.

Ngibad ini punya logat bicara yang lucu, apalagi kalau berbicara formal. kata anak-anak sih, doi seneng banget ngomong ?terkait?. Entah apa yang terkait. Hahaha. Dan doi juga suka bikin suara yang lucu dari kejauhan, jadi kadang aku bingung siapa yang lagi ngomong.

Satu lagi. Ngibad ini juga sering sekongkol sama Anton untuk bertimbal balik melempar sanggahan ketika ditanya ?Pengaduk sama spatulaku ada di kamu ga bad/ ton??. Anton akan menjawab ?Lah, belum dibalikin Ngibad?? dan Ngibad akan menjawab ?Nggak tau, aku nggak pinjem, coba tanya Anton?. Gitu aja terus sampe gajah bertelur. Benar-benar partner in crime.

Yang lebih jahatnya lagi, Ngibad pernah ngatain aku ibu tikus. Gara-gara aku pernah ribut soal tikus yang berantem di eternit. Entah apa motivasinya dia ngatain aku gitu, sudah cukuplah aku jadi ibu hamster bagi Joko saja. Anyway, Bad. Aku seneng ternyata kamu gila. Hahaha.


 3. Martina Widhi Hapsari (Martin)

Perempuan asli Solo ini salah satu yang aku udah deket sebelum masuk lab ini. Perangainya lemah lembut, dan tekun beribadah. Tapi tetap saja, bekerja di lab yang penuh menekan psikis lama-lama gila juga. Aku kenal dia dengan nama Widhi dan berakhir brutal dengan panggilan Martin. Anak ini baik sekali, sering bawa makanan kalo habis pulang kampung. Alhasil disayangi semua teman. Hehe.

Pernah waktu lagi ngumpul di ruang diskusi setelah beberapa hari dia tidak nampak di lab, yang aku kira dia habis pulang kampung, dia menenteng kotak makan berisi serbuk berserat berwarna coklat. Aku pikir seperti biasa dia bawa makanan dari Solo, kali ini berupa abon. Hampir saja dijumput dan masuk mulut, Martin bilang ?Nin, itu serbuk lengkuas?. Nasip. Untung belum masuk mulut. Slamet... Slamet.

Martin ini pernah dibikin nangis gegara bikin ulah dihari sebelum ulang tahunnya. Doi lupa matiin lampu lab sehabis kerja riset malam hari. Anak-anak lab pun terkecoh dengan lampu lab yang menyala dipagi hari dan mengira sudah ada yang datang lebih awal untuk nge-lab. Padahal tidak. 

Momen ini dimanfaatkan anak-anak untuk membullynya di hari ulang tahun. Dengan kelihaian Anton membully anak orang, dan sedikit kebohongan polos dari mukaku yang mengatakan ?Tin, dipanggil bu Agustin. tapi aku gak tau lho Tin.? Martin udah lemes aja pasang muka siap omel gegara lupa matiin lampu lab. Pas Martin masuk lab, Voila! kita udah rame-rame aja bawa kue tart sama donat madu dililinin. Kejutan ulang tahunnya berhasil kali ini. Martin bisa tersenyum lega sambil muka melas ber-airmata. Sabar ya, Tin. Hehehe.

4. Bestari Trianisanti (Riri)

Perempuan yang satu ini aku udah tau sejak SMA karena kita sesekolahan. Tapi baru kenal pas masuk lab biokimia ini. Kata anak-anak doi ini paling baperan. Tadinya aku biasa aja, ternyata seiring berjalannya waktu, ternyata beneran. Suatu hari, Riri  pernah di bercandain Anton kalo Anton nggak jadi muncak ke si kunir karena dia mau pulang ke Bekasi. Padahal rencana muncak itu sudah dipersiapkan matang-matang jauh hari. Alhasil Riri bete siang hari masuk ke ruang diskusi lab dan menagih uang iuran untuk properti foto buku angkatan. Anak-anak langsung bayar takut-takut Riri tambah bete.

Riri ini baik banget. Rumahnya pernah dijajah sama anak-anak buat markas buka puasa. Di rumah Riri gizi kita benar-benar diperbaiki. Bahkan Teguh tetua angkatan kita sekaligus anak lab analitik rela menyusup di acara buka bersama biokimers ini. Dan ngabis-ngabisin. Haha.

Riri sama Martin adalah partner kerja lab paling romantis menurutku. Martin sering banget dapet cium dari Riri. Aku jadi iri #eh. Hahah. Kalo Riri bilang sih, Martin itu ?My Lovely Partner, from the top of roller coaster, and back? gitu lah kira-kira quote Riri yang aku ingat. Sama satu lagi petuah Riri tentang pertemanan, begini kira-kira:

?Cewek itu gampang banget cari sahabat, cari musuh juga.?
 Cmiiw, Ri. :D


5. Suci Pertiwi (Uci/Super)

Nah untuk orang yang satu ini meskipun jarang nongol karena sibuk part time job, doi ini rajin banget bersih-bersih lab. Tiap kali masuk lab, kalimat pertama yang muncul ?Yah, labnya udah kotor lagi, gua nggak bisa kerja nih kalo kotor gini.? diiringi mengambil sapu ijuk dan nyapu lantai lab biokimia. Mungkin dia sudah terbiasa di tempat kerjanya, hingga habitnya terbawa sampai ke laboratorium. Dia juga orangnya nggak gampang jijik. Paling bodo amat. Dan bukan perempuan tulen sepertinya. Hehehe.

Dia ini pernah kerja pakai anaerobic jar dengan metode ngepet. Pakai stoples dan lilin. Entah hasilnya bagus atau menumbuhkan jiwa motivasi lagi karena gagal. Yang pasti keterbatasan itu membuat Uci terlihat makin macho. Bukan macho, tapi mandiri. Hehehe.

6. Ella Anggraini

Dosen pembimbingnya anak ini nih yang pernah dengan kamvretnya nagih isolat yang aku nggak ngerti isolat apaan dan nyuruh aku buat naruh di kulkasnya. Cengok? yaiyalah. Ternyata Bu doktor ngira aku adalah Ella. Bu Doktor bedain kita cuma dari alis. Kalo alisnya tebal berarti Nindy, bukan Ella. Emang sih secara fisik kita nggak jauh beda. Sama kecilnya. Sama kurusnya. Tapi beda nasib. Doi udah S.Si duluan ninggalin kita ber-15 yang masih berjuang. Salut banget sama anak ini.

Waktu awal-awal nge-lab, kita sering barengan sama Rahma juga karena anak-anak yang lain pada sibuk KKN. Sedangkan kita sudah KKN semester sebelumnya. Waktu itu liburan semester, Rahma ninggalin aku dan balik ke kampungnya di Pekanbaru untuk liburan. Alhasil tinggal aku dan Ella. Kami berdua membelah sunyinya lab dengan dentingan pengaduk gelas yang beradu dengan alat pecah belah lainnya. Sampai suatu ketika risetku mandeg karena kendala dosen pembimbing yang sakit pada waktu itu, aku pun meliburkan diri. Berjalannya liburku 2 minggu, 1 minggu aku masih nemenin Ella yang getol-getolnya ngelab bahkan sendirian dihari-hari selanjutnya. Ella juga sering cerita bahwa ada yang tidak beres dengan lab. Sering ada suara-suara aneh yang entah itu dari makhluk astral penghuni lab atau suara orang di lantai bawah yang menggema.

Buah hasilnya ngebut lab sendirian itu, Ella jadi pemecah mitos kalau kerja di lab biokimia lulusnya lama. Doi jadi yang pertama mecah telor di lab biokimia. Disamping kita turut bahagia, miris juga karena muncul dalam benak pertanyaan ?aku kapan S.Si??. Anyway, good job girl!  :?)

7. Putri Pamungkas Sari (Pupam)

Orang ini dengan brutalnya dipanggil pup. Dan dengan biadab aku panggil eek-am (terjemahan secara etimologi pupam=poop-am=eek-am). Hehe. Pupam ini baik banget. Kurang baik apa coba, aku katain apapun dia nggak marah. Aku panggil eek-am malah ketawa-ketawa. Entah anak ini emang baik atau perangainya rusak sebelah. *peace pam*

Anak ini juga menurutku paling apes masalah rahasia. Bagaimana tidak, hampir segala jenis cerita percintaannya menjadi konsumsi publik. Jadi hinaan dikalangan anak-anak lab, sampai dibully karena tingkahnya yang kocak jadi penguntit anak transferan D3-S1. #eeaaa

Doi ini moodboster banget kalo di lab. Kerjaannya karokean pake yokee kalo nggak soundcloud-an. Doi juga suka bikin-bikin dubsmash ala suzzana. Kalo lagi sedih, ada Pupam jadi cengar-cengir lagi terus ikutan nyanyi-nyanyi nggak jelas. Cacat lah pokoknya anak ini. Namun, keceriaan itu berakhir ketika suatu siang dia datang setelah membelah jalanan jatingaleh untuk menengok ternakan bakterinya. Dengan terengah-engah Pupam segera melepas sepatu dan jaket lalu membuka inkubator. Mimpi buruk  pun terjadi. Larutan kontrolnya keruh. Kontaminasi.

Dia mengeluarkan segala umpatan kesalnya, membanting erlenmeyer ke wastafel dan duduk dengan kesal. Anak-anak yang sedang bekerja seketika berhenti. Melihat apa yang terjadi, dan kemudian hening. Beberapa ada yang menenangkan, ada yang hanya diam dan menunduk, ada pula yang mengajak bercanda tapi tidak digubris Pupam. Aku hanya menunduk turut sedih sambil meratap pada deretan data angka yang sedang aku olah. Sebenarnya dataku sama saja dengan riset Pupam yang gagal. Tapi bersyukurlah aku, setidaknya aku tidak gagal sebelum berperang seperti Pupam.

Beberapa teman menyarankan untuk Pupam berlibur dulu barang seminggu dua minggu untuk memperbaiki mood. Karena bekerja di lab biokimia ini kami mempercayai bahwa mikrobia akan tumbuh dengan sehat trengginas kalau mood sang juragan juga bagus. Pupam melenguh dan memikirkan dampak ruginya kalau harus libur sebegitu lamanya demi membangun mood yang baik. Belum lagi progres yang harus ia kirim ke pembimbingnya yang sedang riset di Iran.

Itu mungkin bukan kegagalan yang pertama bagi Pupam. Sebelumnya aku dan Pupam juga menjadi pejuang kurva standar hingga hampir menggila. Meskipun begitu, dibalik kegagalan yang berulang kali itu, selalu muncul jiwa-jiwa Mario Teguh yang terselubung untuk senantiasa menyemangati diri agar segera menjemput Toga. Semangat Pup. Tetap jenaka dan trengginas agar plantarum-mu juga begitu. Btw, makasih susu kedelainya. :D

8. Putri Anni Maulida (Puni)

Dia ini rekan seperjuangannya Pupam. Berhubung sesama Putri, nama mereka pun disingkat alakadarnya. Pupam dan Puni. Serasi sekali. Kalau nge-lab juga sering barengan, karena judul riset mereka tidak jauh berbeda.

Puni ini beda banget perangainya dibanding Pupam. Puni lebih anggun dan lemah lembut. Doi kalau ngomong alus sekali. Koleksi musiknya juga nggak jauh-jauh dari koleksiku. Lagu-lagunya Bee Gees sama Evergreen jadul-jadul. Koleksinya ini juga baru ketahuan 2 bulan terakhir ini. Aku kira orang macam Puni ini penggemar Hadad Alwi dan Sulis. Hehehe.

Suatu hari, anak-anak lab lagi enak-enak ngumpul di ruang diskusi sambil ngemil dan saling sedot film. Puni yang baru pulang dari Gresik kampung halamannya, membawa berbagai macam kudapan yang menggugah selera. Salah satunya manisan rambut nenek. Seketika pikiran anak-anak lab terbang ke masa kecilnya masing-masing bagaimana zaman dulu manisan rambut nenek ini dijajakan.

Satu kotak makan manisan itu pun hanya dijamah sedikit. Keadaan tidak lagi sama dimana kita bisa makan seenaknya seperti saat masih kecil. Seusia kita dengan berbagai macam pengetahuan tentang ilmu kimia dan kesehatan tidak lagi berani macam-macam untuk melahap manisan. Enak sekarang dan diabetes kemudian hari. Itu yang selalu terngiang-ngiang dalam kepalaku ketika berhadapan dengan gula-gula. Mungkin begitu juga dengan yang lain.

Ngomong-ngomong, makasih Pun. Manisan sama keripik singkongnya enak. :D

9. Dian Septi Arthasalina (Dian/ Kisanak Besar)

Orang ini biang. Biang dari segala kecacatan mental. Buronan nomor satu dosen pembimbing barunya. Doi ini sibuk part time job juga seperti Uci yang notabene bekerja di tempat yang sama. Juga jarang nongol di lab gegara kerjaannya. Tapi belakangan doi sibuk lagi kerja di lab. Mengejar ketertinggalan demi menjemput toga. tanaman obat keluarga. hahaha

Orang ini dengan kamvretnya membuat panggilan kisanak. Jadi, di lab cuma 3 orang yang di panggil kisanak. Aku, Ella dan dia juga ikutan kupanggil kisanak. Panggilan ini bermula ketika kami ditasbihkan masuk lab biokimia, semenjak itu kami menganggap lab adalah padepokan menimba ilmu. Hingga layaknya dunia persilatan kami saling memanggil kisanak. Bahkan ketika bertemu kita menggunakan sapaan khas dunia persilatan ?Sampurasun? dan dijawab ?Rampes?. Sungguh kecacatan yang tiada batas akhir.

Kami berdua banyak bertukar cerita dari cerita tawa hingga duka. Dari keberhasilan hingga kegagalan. Baik buruknya kita tau masing-masing. Karena sedikit banyak kita pernah mengalami masa sulit yang hampir sama.

Gara-gara orang ini juga, aku jadi rajin menggali potensi untuk terus menulis. Ibaratnya tutor lah. Tapi sebagai imbasnya aku sering dijadikan subyek tulisannya. Dari sekedar tulisan hahahehe di blog sampai dibikinin cerpen dan menang. Terharu sekaligus bangga, aku kecipratan hadiahnya juga. Hahaha. Makasih, kis. Terlalu banyak yang bisa diceritakan karena kamu terlalu gondes. Mbahnya Gondes. Hahaha.

Btw kis, akuades di lab tak hibahkan ke kamu, semoga bermanfaat. Rajinlah ngelab kis, Baginda Sasongko, Ibu Suri Ari dan Putra mahkota Krisna menunggu keberhasilanmu :?)

10. Arthary Gupita (Pipit/ Pipito)

Anak ini sering dibilang isomernya Dian gegara badannya yang hampir sama. Pipit ini sumber dari segala kerempongan dan kebawelan di lab. Doi ini panikan, parnoan jadi bikin geli. Sering jadi obyek penderita penindasan aku dan Rahma.

Doi juga paling hedon dibanding aku, Rahma dan Dian. Gimana nggak hedon, sudah berapa ratus ribu ia habiskan untuk membeli reagen DNS yang sekali bikin hampir 200 ribuan. Hahaha.

Bawelnya Pipit? jangan ditanya. Saking capeknya Rahma mungkin, tiap kali ditanya Pipit setelah sekian lama bawel campur parno, Rahma bilang ?Terserah Pipito aja,?. Kalo udah gitu Pipit akan bilang ?Yah, Mamano bete ya Pipito bawel, maaf ya.? lalu Rahma akan bilang ?Abisnya Pipito udah dikasih tau juga.? Kemudian Pipit berhenti dari paniknya kemudian bingung. Hahah. Lucu banget lah pokoknya.

Pipit ini juga yang mengenalkan aku dengan gembong bahan kimia dari UKSW, Mas Agung. Lewat Pipit, segala jenis bahan kimia yang aku dan Rahma butuhkan langsung terpenuhi hanya tinggal Whatsapp Mas Agung. Pipit juga yang ngasih tunjuk jalan ke rumahnya Mas Agung tiap kali mau transaksi bahan kimia. Kalau udah gitu rasanya pengen meluk Pipit erat-erat. Hehehe.

Deket sama Pipit juga baru semester akhir ini karena dulu sempet satu dosen pembimbing yang kemudian Dosen kita meninggal dan kita terpisah oleh pembimbing baru masing-masing. Doi ini punya cita-cita pengen nikah muda. Katanya ?Biar nanti kalau punya anak, aku nggak tua-tua amat.?. 

Selain itu, doi juga family personbanget. Sayang banget sama keluarganya dan menomorsatukan 
keluarga diatas kepentingan pribadinya. Salut deh sama Pipit. Btw, semoga bapaknya Pipit selalu diberi kesehatan ya. Jangan nangisin bapak terus. Amilase-mu, Pit. :D 

11. Rahmatia Fitri (Rahma/Mamano)

Bocah asal pekanbaru yang gaya ngomongnya kayak anak-anak. Kayak Upin-Ipin. Doi paling muda diangkatan. Kelahiran tahun 1995. Tapi dibalik segala gegayaannya yang manja ini ada segudang misteri dibaliknya.

Pertama kali dekat sama Rahma karena kita sebimbingan. Dan hal paling nggak tau malu yang pernah kulakukan adalah, aku meminta separuh dari kristal Tris-hidroksimetil-aminometan miliknya yang notabene dia hanya indent satu resep untuk bikin bufer. Fyi, bufer adalah modal utama riset yang bahan kimianya harus indent ke luar kampus. Dan waktu itu, aku belum terlalu kenal Rahma. Dan aku tidak tau warung mana yang  menjual Tris-hidroksimetil-aminometan. Yang aku tangkap dari wajahnya, antara ikhlas dan enggak akhirnya aku membeli separuh resep bahan untuk bufernya. Sungguh mulia sekali Rahma ini.  

Setelah kenal dekat, Rahma ini ternyata jahat. Isengnya setengah mati. Hal paling jahat yang pernah direncanakannya adalah  memberi ide Pipit untuk menghibahkan reagen DNS kadaluarsa miliknya pada orang yang membutuhkan. Daripada mubazir katanya. tapi plis ma, ini DNS kadaluarsa. Sungguh jahat yang tiada terkira. Merusak masa depan mahasiswa. Haha.

Rahma ini tong sampah. Baru makan berapa menit sudah lapar lagi. Pas Bulan puasa awal kemarin, kita menggencarkan aksi puasa tetap nge-lab demi dia bisa pulang ke Pekanbaru sebelum lebaran. Setiap jam 10, Rahma sudah mengeluh lapar dan menjelang dzuhur ada bunyi kriukkriuk. ?Duh, perut Rahma bunyi? Katanya sambil muka lemes. Hahah. Kalau pas nggak puasa, kita selalu bawa ransum pendongkrak mood sebelum nge-lab. Yang jadi primadona adalah Chococin alias minuman cincau rasa swiss choco. Kedainya sudah jadi langganan. Gocengan yang menggembirakan. Entah bagaimana gerangan jika hidup tak lagi ada ini minuman.

Pernah suatu hari setelah kegagalan riset untuk kesekian kalinya. Kita merencanakan untuk melipur lara dengan membeli chococin. Namun Tembalang berkata lain, kedainya tutup berhari-hari. Rahma dengan polosnya bilang ?Padahal aku udah kebayang-bayang chococin, Nin?. Meskipun aku juga gitu, tapi ekspresinya anak ini bikin ketawa.

Selain tong sampah, dia juga kebonya alamakjang. Pernah aku jemput dia ke kosannya dan doi masih tidur, di bangunin susah banget sampe gedor-gedor pintu kamar. Doi juga jadi temen tidur aku kalo nganggur di Lab. Kita sering banget tidur di tempat solat sampe-sampe dia jijik gara-gara ada kotoran tikus di tempat solat dan nggak mau tidur di situ lagi. Aku mah bodo amat, buang pake tisu tokainya, semprot pake alkohol, aku tidur lagi. Hahaha.

Selain anak ini penuh keajaiban, dia selalu jadi partner kerja lab yang asik. Sampai-sampai kita selalu menenangkan diri setiap terjadi kegagalan dengan semboyan ?Alahh udah nggak papa? atau ?Tenang aja, all iz well?. Semboyan ini yang membuat kita selalu ceria di lab, bahwa semuanya akan baik-baik saja. Karena kemurungan kita hanya satu penyebabnya. Lapar.

Rahma juga sering banget selfie-selfie. Berhubung ponselnya mendukung banget buat foto-foto akhirnya dipakailah kemana-mana ponselnya untuk ajang selfie muka khalayak ramai. Haha. entah apa yang bikin bagus toh sama-sama 360cam, yang pasti foto pakai ponselnya macam ada mode jeralang, jerawat hilang.

Yang bikin kaget dari Rahma adalah pas lagi nongki di warung susu langganan. Kita lagi membahas perkara pasangan hidup dan aku melontarkan sebuah masalah hubungan antar pasangan. Yang tidak terduga Rahma berbicara dengan santainya ?Yang pasti, cari pasangan itu harus yang membawa kita ke arah yang lebih baik. Kalau enggak mending nggak usah.? Aku cuma menatapnya yang sedang mengaduk susu dengan sedotan dengan mulut terbuka. Dari yang dia bilang, Rahma cuma kulit doang yang anak-anak. Perkara ginian atau mungkin lainnya dia jauh lebih matang dari usianya. :?D

12. Ferdiansyah Anugrah Ramadan (Ferdi)

Ferdi ini katanya mirip Kim Tan di serial korea The Heirs. Aku iyain aja biar dia seneng. Dengan jahatnya aku dibilang Rachel, yang jadi pemeran antagonis di serial itu juga. Entah kenapa dengan jalan pikirannya. Aku iyain aja biar dia anteng dan tidak bersajak lagi.

Ferdi ini pencinta Bus. Dia suka bus, fotoin bus, naik bus, dan mungkin menjalin hubungan dengan bus. Aku pikir dia ini nggak suka perempuan dan cuma suka bus, ternyata aku salah. Dia naksir cewek juga akhirnya. Daun muda. Alhamdulillah.

Dia ini suka banget nonton sinetron GGS. bahkan dengan brutalnya dia pernah ngirimin capturefoto tipinya yang lagi nayangin GGS. Saat itu aku merasa benar-benar geli dan gusar karena aku benci sekali dengan sinetron itu. Dan dia tau itu. Saking gemesnya aku pernah ngatain Ferdi itu Ganteng-Ganteng Sulaya (re:Ganteng-ganteng sia-sia) dan pria paling nggilani (re:menjijikkan) yang pernah aku kenal karena kebiasaan tontonannya ini.

Dia juga takut laba-laba. Padahal laba-laba bagus. Pantatnya bisa nyemprotin benang sutra. Sutra kan mahal. Laba-laba keren. Sungguh Ferdi termasuk golongan orang-orang yang merugi.

Doi suka banget ngibasin rambut kalo ketemu aku. Mungkin mau pamer ketamvanan, tapi aku malah geli. Kelojotan sendiri. Pengen nabok. Hahaha. Doi sering banget ngeluh sudah terlalu lama sendiri. Aku ajakin aja makan ke kantin biar sering dipanggil sayang. Sama ibu kantin. Hehehe.

Yang bikin terharu itu satu. Pas lagi makan siang sama Ferdi sama Rahma di kantin, dipenghujung guyonan yang aku lontarkan tiba-tiba dia bilang:
Ferdi: ?Laki-laki yang nanti jadi suami kamu bakal beruntung banget, Nin.?
Aku: ?Hah? kok bisa??
Ferdi: ?Dia nggak bakal sedih dan bakal ketawa terus.?
Entah aku harus seneng atau merasa berharga setelah bertahun-tahun aku merasa terbuang. Makasih Fer. :?D

13. Qisthy Hanifati Hazrina

Qisthy ini sering salah nengok kalau aku sama Dian lagi saling panggil Kis (Kisanak). Ya, karena homofon. Jadi kadang aku kalau manggil Qisthy harus pakai qalqalah agar tidak terjadi kesalahpanggilan.

Qisthy ini jarang banget nongol banget di lab biokimia karena doi riset di Laboratorium Terpadu Universitas bareng sama Ferdi, Idi dan Azwar mengingat mereka berempat dibawah pembimbing yang sama. Sekalinya nongol anak ini paling cuma menaruh reagen, ambil peralatan gelas ataupun bimbingan.

Perangainya? Anak ini gaul dah pokoknya. Mbak-mbak hijabers sekarang. Beda banget sama aku yang alakadarnya kalau pake jilbab. Hehehe. Kalau dari curhatannya di sosial media sih, dia sedang mempersiapkan diri untuk menjadi calon istri yang solehah. Semoga segera ajalah Qis, Aamiin.

Namun belakangan, dia lagi galau sama hubungan asmaranya. Soalnya doi sama kekasihnya menjalin hubungan jarak jauh. Entahlah apa yang digusarkan Qisthy, yang jelas apapun itu semoga Qisthy selalu bahagia dan mendapatkan yang terbaik. Hehe.

14. Idi Aulia Rahman

Idi. Ikatan Dokter Indonesia. Haha. Gitulah kira-kira para dosen memberi julukan. Ikhwan yang satu ini jauh lebih jarang nongol di lab biokimia. Mungkin dia lagi sibuk sama ternakan bakterinya di lab terpadu. Doi ini dulu pernah satu kelompok bimbingan PKL sama aku dan sempet jadi buronan dosen pembimbing karena nggak pernah bimbingan laporan PKL. Alhasil dia sempet ngulang mata kuliah Kewirausahaan gegara belum seminar PKL. Meskipun gitu akhirnya dia seminar juga kok, dan aku dateng ke seminarnya. Alhamdulillah ya, Di. Heheh

Idi ini selalu ngasih semangat dan motivasi kalau aku lagi loyo dan ngeluh di sosial media. Disuruh bikin planing lah, apa lah, biar hidup di lab lebih tertata dan produktif. Btw, makasih banyak ya Di buat masukannya selama ini. :D

Selain itu lewat dakwahnya di sosial media kadang juga memberikan pemahaman tersendiri buat aku tentang Islam. Untuk yang ini, lanjutkan ya Di. :D

15. Rosihan Azwar

Ikhwan yang satu ini kadang bikin gregetan anak-anak. Ngomongnya panjang lebar banget padahal intinya cuma satu. Sama. Tapi ini yang bikin berwarna kalo pas ada seminar progres atau seminar TR. Nanyanya belibet. Rame lah pokoknya kalo dia yang nanya.

Azwar juga kadang-kadang nongolnya di lab. Paling cuma naruh atau ambil alat. Jadi jarang ngobrol juga sama Azwar. Sekalinya ngobrol malah jadi debat. Jajak pendapat. Haha. Gokil bangetlah ini orang.

Sudah. Cukup 15 orang saja yang saya jelaskan perangainya di sini. Untuk orang ke-16, yaitu aku, kalian bisa simpulkan bagaimana perangai saya sebenarnya karena mungkin bisa kalian tarik simpul sendiri dari tulisan ini. Hehe.

Aku benar-benar rindu kalian. Setiap kali aku dan Rahma nge-lab, laboratorium biokimia selalu sepi. Sekalinya aku dan Rahma libur, kalian beramai-ramai bekerja di lab. Entah ada apa dengan kita berdua atau kalian. Yang jelas tak apalah bau busuk destruksi asal rumah kita kembali ramai toh cepat atau lambat rumah kita akan dihuni oleh penduduk baru yang lebih muda, fresh, dan siap dera juga menderita.

Aku sebut laboratorium biokimia ini sebagai rumah. Bukan berarti aku gelandangan yang tidak punya rumah, tapi aku bisa sangat menikmati apa itu makan walau hanya cimol dan minum chococin. Apa itu tidur walau hanya sebentang karpet buluk biru tua di tempat solat yang ada satu atau dua kotoran tikus. Apa itu solat berjamaah ketika para perempuan pejuang lab ini ribut mendamba imam untuk sekedar salat dhuhur.

Aku sebut ini rumah karena disinilah aku mendapat keluarga baru. Dengan segala baik buruk yang saling kita terima apa adanya. Rahasia yang terungkap seiring berjalannya masa. Menghabiskan waktu mencerca satu sama lain perihal kelakuan di luar praduga. Dan yang aku tangkap selama ini, semakin habis waktuku untuk bekerja di tempat ini, semakin rumah ini memelukku dengan erat. *sigh.

Aku hanya ingin mengucapkan selamat liburan, selamat mudik, selamat idul fitri bagi yang merayakan. Salam dariku, penduduk pribumi Semarang untuk para anggota keluarga kalian di kampung halaman. Lepaskan segala penat pekerjaan laboratorium yang menyiksa kalian selama ini dan habiskan waktu dengan keluarga selagi punya. Mohon maaf lahir dan batin pacar-pacarku :*

Aku menunggu agenda Halal Bihalal Biokimers. Satu lagi, jangan lupa untuk kembali ke kota rantau ini sebelum namamu memanjang dengan gelar S.Si di belakangnya.

Ketjup Basah

24030111130055
13 Juli 2015. 11.48 pm.
-ditulis dalam kamar yang gelap dan angin kemarau tengah malam-
 
 







reff : http://permennindymint.blogspot.com/2015/07/laboratorium-biokimia-dan-kejahatan.html

Keberpihakan Jurnalisme


Goenawan Mohamad?salah seorang pendiri majalah Tempo?suatu ketika dengan tegas mengatakan bahwa media pers tidak harus bersikap netral dalam kebijakan pemberitaannya. Baginya, hal terpenting dari pemberitaan sebuah media pers adalah isi beritanya tidak memfitnah. ?Bung Karno saat menulis di Fikiran Ra?yat juga tidak netral,? tambahnya.

Penjelasan di atas melahirkan ide bahwa jurnalisme harus berpihak. Persoalannya lantas, kemana jurnalisme harus berpihak? Agaknya jawabannya bisa diambil dari pernyataan Jakob Oetama yang dikutip A.M. Dewabrata dalam buku Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan Berita, berikut: 


Berita harus bermutu, harus mengangkat persoalan yang ada dalam masyarakat, harus menyiratkan aspirasi masyarakat, harus memanusiakan manusia, membela hak asasi manusia. (hal. xi).


          Kutipan ini memperlihatkan bahwa jurnalisme harus bisa memanusiakan manusia. Ia harus membela hak asasi manusia. Kenyataan seperti ini mengantarkan jurnalisme berpihak kepada usaha membangkitkan dan mempertahankan kemanusiaan (humanisme). Apa pun berita yang dihasilkannya, ia harus berada dalam jalur membangkitkan dan mempertahankan kemanusiaan.

          Bertolak dari sini, kini media pers sesungguhnya menghadapi tantang besar. Soalnya, kenyataan menunjukkan bahwa kemanusiaan di republik ini sudah terpuruk. Berbagai persoalan kemanusiaan, seperti memperlakukan manusia sebagai budak, maraknya penjualan manusia (trafficking), keberingasan yang meluncur pada pembunuhan,  dan pelanggaran hak asasi manusia masih terus muncul. Berbagai usaha untu menyelesaikan persoalan pelanggaran hak asasi manusia selalu menemukan jalan buntu. Sudah begitu, masyarakat masih terus mengejar kemajuan yang berujung pada penyerahan otoritas manusia pada teknologi dan kemajuan zaman. 

Apakah keberpihakan jurnalisme kepada kemanusiaan sesuai dengan hakekat keberadaan media pers? Jawabannya tegas: ya. Karena media pers lahir bertolak dari keinginan masyarakat untuk memnuhi kebutuhan informasi agar mereka tetap bisa memelihara kemanusiaannya. 

Sampai di sini muncul pertanyaan, bagaimana kalau sebuah media pers lahir hanya untuk mencari keuntungan materi semata? Kalau ada media pers yang seperti itu, sesungguhnya ia sudah menyalahi kodratnya. Ia sudah menghina dirinya sendiri. Akan lebih baik bila ia berhenti menyiarkan berita dan beralih menjadi perusahaan pembuat tempe saja.*** 

     
Sungai Penuh, 15 Januari 2015






reff : http://mutiarajurnalisme.blogspot.com/2015/01/keberpihakan-jurnalisme.html

Makluman Tempat Pembelian Buku Rekod Bacaan Pelajar (Buku Rekod NILAM) dan Bahan-Bahan Perpustakaan


Buku Rekod Bacaan Pelajar (Buku Rekod NILAM) serta lain-lain bahan Pusat Sumber Sekolah dijual di Bahagian Teknologi Pendidikan Negeri Melaka (BTPN Bukit Katil), mulai tahun 2015 oleh PUSTAKAM.

Dalam Mesyuarat Jawatankuasa Persatuan Perpustakaan Sekolah-Sekolah negeri Melaka Bil. 1/2014 yang telah dipegerusikan oleh Yang Dipertua PUSTAKAN, Tuan Haji Mohd Rashid Bin Mohd sidek, Timbalan Pengarah Pendidikan, Jabatan Pendidikan Melaka telah menetapkan setiap sekolah hanya dibenarkan menggunakan Buku Rekod Bacaan Pelajar / Buku Rekod NILAM keluaran PUSTAKAM sahaja dan tidak dibenarkan menggunakan Buku Rekod Bacaan Pelajar dari keluaran atau cetakan syarikat lain.

Sebarang pertanyaan, sila hubungi Tn. Hj. Khalib bin Takim (013-6380200) atau En. Abu Bin Selihan (019-6653221). Sila rujuk lampiran untuk senarai bahan dijual oleh PUSTAKAM.

Segala kerjasama dan perhatian tuan dalam perkara ini sangat dihargai.

*muat turun Surat Makluman Sekolah dan Harga Bahan Perpustakaan






reff : http://pkgmasjidtanah-melaka.blogspot.com/2015/01/makluman-tempat-pembelian-buku-rekod.html