Sabtu, 12 Desember 2015

hipermetropia .



Hipermetropia

Disusun :
Nama : nurul handayani tunggal S
Prodi : s1 ? keperawatan (1A)

Akademi s1 ? keperawatan stikes widyagama husada tahun ajaran 2013 ? 2014



Kata Pengantar
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini, banyak kesulitan yang kami alami terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya makalah ini dapat terselasaikan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tak ada gading yang retak. Begitu pula dengan makalah yang kami buat ini, yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih serta berdaya guna dimasa yang akan datang.









BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipermetropio adalah rabun dekat dengan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata, yang mana keadaan ini sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina (ilyas. 2002)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi hipermetropia ?
2. Etiologi hipermetropia ?
3. Gejala hipermetropia ?
4. Pastofisiologi hipermetropia ?
5. Manifestasi Klinis hipermetropia ?
6. Pemeriksaan hipermetropia ?
7. Penatalaksanaan hipermetropia ?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan membuat makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah BNS 1.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang Hipermetropia.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hipermetropia
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2010/07/a17_hipermetropia.jpg?w=500Rabun dekat atau dikenal dengan hipermetropi merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata, yang mana pada keadaan ini sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina (Ilyas, 2002). Hipermetrop terjadi apabila berkas sinar sejajar difokuskan di belakang retina (Ilyas, 2000).







Gambar. Pembentukan fokus pada mata Hipermetropia
Hipermetrop sebesar 2 ? 3 dioptri biasa ditemukan pada bayi baru lahir yang akan bertambah pada tahun-tahun pertama namun akan berangsur-angsur berkurang hingga pada usia remaja menjadi emetrop. Hipermetrop pada anak ? anak tidak perlu dikoreksi kecuali bila disertai dengan gangguan motor sensorik ataupun keluhan astenopia. (Vaughan, 2000)
Menurut mariamas (2002), mata dengan hipermetrop sering akan memperlihatkan ambliopia akibat mata tanpa akomodasi tidak pernah melihat obyek dengan baik dan jelas. Bila terdapat perbedaan kekuatan hipermetrop antara kedua mata, maka akan terjadi ambliopia pada salah satu mata. Mata ambliopia sering menggulir ke arah temporal.
B. Etiologi Hipermetropia
Penyebab timbulnya hipermetropi ini diakibatkan oleh empat hal yaitu :
1. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek.
Hipermetropia jenis ini disebut juga Hipermetropi Axial. Hipermetropi Axial ini dapat disebabkan oleh Mikropthalmia, Retinitis Sentralis, ataupun Ablasio Retina (lapisan retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan).
2. Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah
Hipermetopia jenis ini disebut juga Hipermetropi Refraksi. Dimana dapat terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreus humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropia refraksi ini adalah perubahan pada komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksinya menurun dan perubahan pada komposisi aqueus humor dan vitreus humor( mis. Pada penderita Diabetes Mellitus, hipermetropia dapat terjadi bila kadar gula darah di bawah normal, yang juga dapat mempengaruhi komposisi aueus dan vitreus humor tersebut)
3. Kelengkungan Kornea dan Lensa tidak Adekuat
Hipermetropia jenis ini disebut juga hipermetropi kurvatura. Dimana kelengkungan dari kornea ataupun lensa berkurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.
4. Perubahan posisi lensa.
Dalam hal ini didapati pergeseran posisi lensa menjadi lebih posterior. tidak ada lagi (afakia).
h Hipermetropia aksial : keadaan ini disebabkan sumbu mata yang lebih pendek dari keadaan normal.
h Hipermetropia refraksi : kelainan ini karena adanya bias mata yang kurang akibat komponen mata. Misalnya kelengkungan kornea yang kurang, lensa yang dimana lebih tipis daripada orang normal, pada orang yang sudah dioprasi dimana lensa orang tersebut tidak ada lagi (afakia).
Klafikisi
Menurut Ilyas (2004), hipermetropia diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Hipermetropia manifes
2. Hipermetropia absolut
Hipermetrop yang tidak dapat diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetrop laten yang ada berakhir dengan hipermetrop absolute.
Hipermetropia fakultatif
Kelainan hipermetrop yang dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun kacamata positif. Pasien yang hanya mempunyai hipermetrop fakultatif akan melihat normal tanpa kacamata yang bila diberikan penglihatan normal maka otot akomodasinya akan mendapat istirahat. Hipermetrop manifes yang masih memakai tenaga akomodasi disebut sebagai hipermetrop fakultatif.(Satradiwira, 1998)
Hipermetropia laten
Kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia (obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetrop laten hanya dapat diukur bila diberikan sikloplegia. Makin muda makin besar komponen laten seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetrop laten menjadi hipermetrop fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermentrop absolut. Hipermetrop laten sehari-hari diatasi pasien dengan akomodasi terus menerus, terutama bila pasien dengan usia muda dan daya akomodasi yang masih kuat. (marianas, 2002).
Hipermetrop total
Hipermetrop yang ukurannya didaptkan sesudah diberikan sikloplegia.
C. Gejala Hipermetropia
Pada penderita hipermetrop terjadi gejala sebagai berikut :
1. Kabur waktu melihat dekat tetapi jelas saat melihat jauh.
2. Keluhan astenopia antara lain sakit kepala.
3. Kecenderungan penderita untuk menyempitkan mata saat melihat dekat.
D. Pastofisiologi
Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat perubahan posisi lensa dapat menyebapkan sinar yang masuk dalam mata jatuh di belakang retina sehingga penglihatan dekat jadi terganggu.

E. Manifestasi Klinis
Sakit kepala frontal, memburuk pada waktu mulai timbul gejala hipermetropi dan makin memburuk sepanjang penggunaan mata dekat. Penglihatan tidak nyaman (asthenopia) ketika pasien harus focus pada suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama, misalnya menonton pertandingan bola. Akomodasi akan lebih cepat lelah ketika terpaku pada suatu level tertentu dari ketegangan.



F. Pemeriksaan Hipermetropia
Tujuan pemeriksaan hipermetrop untk memfokuskan bayangan dari jarak jauh tepat di retina dengan memasangkan lensa sferis plus dengan atau tanpa lensa silinder. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan dua cara.
a. Secara subyektif
Dalam hal ini penderita aktif menyatakan lebih tegas atau lebih kabur huruf-huruf pada kartu uji snellen, baik cara coba-coba atau pengabutan (fogging)
b. Pemeriksaan obyektif
Dengan menggunakan alat-alat tertentu, ditentukan keadaan refraksi tanpa menanya pasien. Cara ini baik digunakan pada pasien yang kurang kooperatif dan anak-anak. Alat ini dapat juga dipakai untuk menilai ada atau tidaknya kekeruhan media dan ada tidaknya astigmatisme. (sastradiwira, 1998)
Salah satu alat yang dapat digunakan adalah oftalmoskop direk, gambar fundus yang dihasilkan akan tampak kabur bila pasien mengalami kelainan refraksi. Dengan cara memutar cakram yang berisi lensa dengan pelbagai ukuran pada oftalmoskop maka gambaran akan terlihat jelas dan kekuatan lensa yang memberikan gambaran fundus yang paling jelas adalah kelainan refraksi. (Vaughan et all, 2000).
G. Penatalaksanaan Hipermetropia
Hipermetropia bisa diatasi dengan pemberian lensa koreksi (kacamata atau lensa kontak) berkekuatan positif di depan sistem optis bola mata, atau bisa juga dengan tindakan operatif (Keratektomi& LASIK).
Pada hipermetropia fakultatif, pemberian lensa koreksi akan memberikan kenyamanan penglihatan, meskipun tanpa lensa koreksi ia masih memiliki ketajaman penglihatan yang normal.
Pada hipermetropia absolut, pemberian lensa koreksi (atau dengan tindakan operatif) adalah hal yang sudah sangat diperlukan.
Penanganan Hipermetropia
a) Penggunaan kacamata
Pada pasien dengan hipermetrop sebaiknya diberikan kacamata sferis positif terkuat atau lensa positif terbesar yang memberikan pengihatan maksimal. Bila pasien dengan +3.0 ataupun dengan 3.25 memberikan tajampenglihatan 6/6, maka diberikan kacamata 3.25. Hal ini dilakukan untuk memberikan istirahat pada mata. Pada pasien dengan daya akomodasi masih sangat kuat atau pada anak-anak, maka pemeriksaan sebaiknya dilakukan dengan memberikan sikloplegia atau melumpuhkan otot akomodasi. Dengan melumpuhkan otot akomodasi maka pasien akan mendapatkan koreksi kacamata pada saat mata tersebut beristirahat. (Guyton, 1996)
b) Pemakaian lensa kontak
Lensa kontak merupakan lensa yang langsung ditempatkan pada kornea, dibuat dari badan ringan karena diameternya kecil bisa dibuat tipis (Ilyas, 2000). Keuntungan penggunaan lensa kontak ini adalah :
  • Pada kelainan refraksi berat, penglihatan melalui lensa kontak praktis tidak berubah sedangkan dengan kacamata dengan lensa plus atau minus yang berat akan melihat semua lebih besar atau lebih kecil
  • Dengan lensa kontak luas lapang pandang tidak berubah, sedang dengan kacamata lapangan pandang menciut
  • Pandangan astigmatisme kornea kecil, pemakaian lensa kontak keras akan mengkoreksi astigmatisme.
  • Perubahan besar bayangan sedikit
  • Untuk kosmetik
Kerugian penggunaan lensa kontak :
? Mata lebih rentan terhadap infeksi apabila pemakaian kurang mengindahkan kebersihan atau karena lingkungan sekitar yang kurang bersih.
? Lebih mudah terjadi erosi pada mata, terutama lensa kontak dipakai terlalu lama atau dipakai tidak teratur.


Dafta Pustaka

http://qha-keprawatan.blogspot.com/2011/10/asuhan-keperawatan-hipermetropia.html
http://yayanakhyar.wordpress.com/2010/07/21/kelainan-refraksi-mata-hipermetropia-rabun-dekat/
http://www.terapimata.com/mata_plus_rabun_dekat.htm
Rochman, S. N., sri Widyawati, M. Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA. Pusat Perbukuan, Departemen pendidikan Nasional, Jakarta, p. 346
Rahayuni. J. kamus keperawatan. Dinamika
Evelyn C. Pearce. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Pt gramedia Pustaka Utama, Jakarta




reff : http://notesvirgodantugaskuliah.blogspot.com/2014/03/hipermetropia.html


Video yang berkaitan dengan hipermetropia .


0 comments:

Posting Komentar