He he jumpa lagi dengan saya dengan sobat semua, apa kabarnya nih sobat semua ? sehat dan bahagian bukan ?. Kita akan mencoba mengupas masalah Mengenal lebih dalam apa itu Tabuh Rah."
Tabuh rah adalah  taburan darah binatang korban yang dilaksanakan dalam rangkaian upacara  agama (yadnya). Upacara yang bisa dilaksanakan tabuh rah juga tidak  semua upacara. Hanya upacara-upacara pecaruan yang layak dan pantas  dibarengi dengan tabuh rah. Upacara yang boleh disertai tabuh rah adalah  Caru Panca Kelud, Caru Rsi Gana, Caru Balik Sumpah, Tawur Agung, Tawur  Labuh Gentuh, Tawur Panca Wali Krama dan Tawur Eka Dasa Rudra.Mengenai  tempat dilakukannya tabuh rah adalah di tempat upacara. Yang  melakukannya sang  yajamana atau mereka yang menggelar upacara  bersangkutan. Pakaian yang melakukan tabuh rah diwajibkan menggunakan  pakaian adat. Demikian juga dengan jenis-jenis binatang yang digunakan  untuk tabuh rah, yang berarti tabuh rah tidak mesti menggunakan ayam.  Jenis-jenis binatang yang dijadikan korban adalah ayam, babi, itik,  kerbau, dan lain-lainnya. Tabuh rah tidak bisa diidentikkan dengan adu  ayam jago. Pasalnya, pelaksanaan tabuh rah bisa dilakukan dengan  penyamblehan atau bisa juga dengan menggelar perang satha. Jadi ketika  bicara tabuh rah tidak harus diwujudkan dengan mengadu ayam sampai salah  satu mengeluarkan darah atau mati. Parisada menegaskan bahwa jalan  penyamblehan bisa dilakukan sebagai bentuk tabuh rah.Penyamblehan adalah  cara mengeluarkan darah binatang yang kemudian ditaburkan (tabuh rah)  dengan jalan memotong leher binatang itu atau menikamnya dengan keris.  Di zaman Majapahit cara ini diistilahkan dengan "Menetak gulu  ayam".Kalaupun ada sebuah desa pakraman yang mengharuskan tabuh rah  dalam bentuk perang satha yang berarti ada ayam yang harus diadu,  Parisada Pusat sebenarnya telah menyarankan diganti dengan penyamblehan.  Sekali lagi, tidak harus mengadu ayam jago.Kalaupun memang harus  menggelar perang satha, ketentuan sebagai sebuah tabuh rah harus tetap  diikuti. Sudah ada uger-uger yang sekaligus menjadikannya mudah  dibedakan dengan aktivitas lainnya. Uger-uger tersebut, pertama, jumlah  ayam yang diadu tidak boleh lebih dari tiga parahatan (telung saet).  Bilangan tiga ini mengandung makna arti magis yakni sebagai lambang dari  permulaan tengah dan akhir.
Source : http://tradisibali.blogspot.com/2011/06/mengenal-lebih-dalam-apa-itu-tabuh-rah.html
PENGERTIAN TABUH RAH.
Tabuh rah adalah  taburan darah binatang korban yang dilaksanakan dalam rangkaian upacara  agama (yadnya). Upacara yang bisa dilaksanakan tabuh rah juga tidak  semua upacara. Hanya upacara-upacara pecaruan yang layak dan pantas  dibarengi dengan tabuh rah. Upacara yang boleh disertai tabuh rah adalah  Caru Panca Kelud, Caru Rsi Gana, Caru Balik Sumpah, Tawur Agung, Tawur  Labuh Gentuh, Tawur Panca Wali Krama dan Tawur Eka Dasa Rudra.Mengenai  tempat dilakukannya tabuh rah adalah di tempat upacara. Yang  melakukannya sang  yajamana atau mereka yang menggelar upacara  bersangkutan. Pakaian yang melakukan tabuh rah diwajibkan menggunakan  pakaian adat. Demikian juga dengan jenis-jenis binatang yang digunakan  untuk tabuh rah, yang berarti tabuh rah tidak mesti menggunakan ayam.  Jenis-jenis binatang yang dijadikan korban adalah ayam, babi, itik,  kerbau, dan lain-lainnya. Tabuh rah tidak bisa diidentikkan dengan adu  ayam jago. Pasalnya, pelaksanaan tabuh rah bisa dilakukan dengan  penyamblehan atau bisa juga dengan menggelar perang satha. Jadi ketika  bicara tabuh rah tidak harus diwujudkan dengan mengadu ayam sampai salah  satu mengeluarkan darah atau mati. Parisada menegaskan bahwa jalan  penyamblehan bisa dilakukan sebagai bentuk tabuh rah.Penyamblehan adalah  cara mengeluarkan darah binatang yang kemudian ditaburkan (tabuh rah)  dengan jalan memotong leher binatang itu atau menikamnya dengan keris.  Di zaman Majapahit cara ini diistilahkan dengan "Menetak gulu  ayam".Kalaupun ada sebuah desa pakraman yang mengharuskan tabuh rah  dalam bentuk perang satha yang berarti ada ayam yang harus diadu,  Parisada Pusat sebenarnya telah menyarankan diganti dengan penyamblehan.  Sekali lagi, tidak harus mengadu ayam jago.Kalaupun memang harus  menggelar perang satha, ketentuan sebagai sebuah tabuh rah harus tetap  diikuti. Sudah ada uger-uger yang sekaligus menjadikannya mudah  dibedakan dengan aktivitas lainnya. Uger-uger tersebut, pertama, jumlah  ayam yang diadu tidak boleh lebih dari tiga parahatan (telung saet).  Bilangan tiga ini mengandung makna arti magis yakni sebagai lambang dari  permulaan tengah dan akhir.SUMBER PENGGUNAAN TABUH RAH. 
Sumber penggunaan tabuh rah terdapat pada Panca Yadnya.�
DASAR- DASAR PENGGUNAAN TABUH RAH.
Dasar- dasar penggunaan tabuh rah tercantum di dalam : 
1. Prasasti Bali Kuna (Tambra prasasti).
1. Prasasti Sukawana A l 804 �aka.
2. Prasasti Batur Abang A 933 �aka.
3. Prasasti Batuan 944 �aka.
2. Lontar- lontar antara lain :
1. Siwatattwapurana.
2.  Yadnyaprakerti.
FUNGSI TABUH RAH:
Fungsi  tabuh rah adalah runtutan/ rangkaian dan upacara/ upakara agama  (Yadnya).
WUJUD TABUH RAH:
Tabuh Rah  berwujud taburan darah binatang korban.
SARANA :
Jenis- jenis  binatang yang dijadikan korban yaitu : ayam, babi, itik, kerbau, dan  lain- lainnya.
CARA PENABURAN DARAH
Penaburan darah dilaksanakan dengan menyembelih, "perang satha "  (telung perahatan) dilengkapi dengan adu- aduan : kemiri; telur;  kelapa; andel- andel; beserta upakaranya�
PELAKSANAAN TABUH RAH:�
1. Diadakan pada tempat dan saat- saat upacara berlangsung oleh  sang Yajamana. 
2. Pada  waktu perang satha disertakan toh dedamping yang maknanya sebagai  pernyataan atau perwujudan dari keikhlasan Sang Yajamana beryadnya, dan  bukan bermotif judi.
3. Lebih  lanjut mengenai pelaksanaan tabuh rah
Aduan ayam yang tidak memenuhi ketentuan- ketentuan tersebut di  atas tidaklah perang satha dan bukan pula runtutan upacara Yadnya.
Di dalam prasasti- prasasti disebutkan bahwa pelaksanaan tabuh  rah tidak minta ijin kepada yang berwenang.
Penjelasan- penjelasan: di bawah ini:
Penyambleh  Adalah penaburan darah binatang korban dengan jalan memotong leher  binatang itu atau menikamnya dengan keris. Di zaman Majapahit  diistilahkan dengan "Menetak gulu ayam ".
Perang  satha Adalah pertarungan ayam yang diadakan dalam rangkaian  upacara agama (yadnya). Dalam hal ini dipakai adalah ayam sabungan,  dilakukan tiga babak. ( telung perahatan) yang mengandung makna arti  magis bilangan tiga yakni sebagai lambang dari permulaan tengah dan  akhir. Hakekatnya perang adalah sebagai symbol daripada perjuangan  (Galungan) antara dharma dengan adharma.
Referensi  tabuh-rah Dasar penggunaan tabuh rah adalah prasasti- prasasti Bali  Kuna dan lontar- lontar antara lain�
Prasasti Batur Abang A l. tahun  933 �aka
�............... mwang yan pakaryyakaryya, masanga kunang  wgila ya manawunga makantang tlung parahatan, ithaninnya, tan pamwita,  tan pawwata ring nayakan saksi.............�
artinya :
�.............. lagi pula bila mengadakan upacara- upacara  misalnya tawur Kasanga patutlah mengadakan sabungan ayam tiga sehet  (babak) di desanya, tidaklah minta ijin tidaklah membawa (memberitahu.)  kepada yang berwenang...........�
Prasasti  Batuan yang berangka tahun 944 �aka
�.............. kunang yan manawunga ing pangudwan makantang  tlung parahatan, tan pamwita ring nayaka saksi mwang sawung tunggur, tan  knana minta pamli...............�
Artinya :
�................... adapun bila mengadu ayam di tempat suci  dilakukan 3 sehet (babak) tidak meminta ijin kepada yang berwenang, dan  juga kepada pengawas sabungan tidak dikenakan cukai :.........�
Lontar  �iwa Tattwa Purana
� Muah ring tileming Kesanga, hulun magawe yoga, teka wang ing  madhyapada magawe tawur kesowangan, den hana pranging satha, wnang  nyepi sadina ika labain sang Kala Da�a Bhumi, yanora samangkana rug  ikang ning madhyapada �
Artinya :
� Lagi pula pada tilem Kasanga Aku (Bhatara �iwa)
mengadakan yoga, berkewajibanlah orang di bumi
ini membuat persembahan masing- masing, lalu
adakan pertarungan ayam, dan Nyepi sehari (ketika) itu beri  korban (hidangan) Sang Kala Da�a
Bhumi, jika tidak celakalah manusia di bumi ..... �
Lontar  Yajna Prakerti
� ........... rikalaning reya- reya, prang uduwan, masanga  kunang wgila yamanawunga makantang tlung parahatan saha upakara dena  jangkep...... �
Artinya :
� ............... pada waktu hari raya, diadakan pertarungan  suci misalnya pada bulan Kasanga, patutlah mengadakan pertarungan ayam  tiga sehet lengkap dengan upakaranya............... �
"Source : http://tradisibali.blogspot.com/2011/06/mengenal-lebih-dalam-apa-itu-tabuh-rah.html
         Demikianlah kupsan kita tentang Mengenal lebih dalam apa itu Tabuh Rah ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca. Saya mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.Karena saya hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan saya juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca. Sekian penutup dari saya semoga dapat diterima di hati dan saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
0 comments:
Posting Komentar