Skip to content

Minggu, 06 Maret 2016

Tentang Pusat Ekonomi Kerakyatan UGM, Yogyakarta

Terdorong ingin ikut menyuarakan pentingnya keberpihakan pada masyarakat strata luas pada lini tengah-agak bawah, saya memberanikan diri meng-copy-paste dari sumber aslinya dikampusku dengan alamat sebagai berikut:
http://www.ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/

 



Pembentukan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM dipicu oleh keprihatinan terhadap perkembangan ilmu dan sistem ekonomi di Indonesia. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perkembangan ilmu dan sistem ekonomi di Indonesia, tidak hanya semakin jauh dari cita-cita proklamasi tetapi juga semakin meminggirkan rakyat dalam proses penyelenggaraan ekonomi. Secara resmi, Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM yang lahir dengan nama Pusat Studi Ekonomi Pancasila, dibentuk pada tanggal 17 Oktober 2002 berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Gadjah Mada No. 177/P/SK/HKTL/2002, dengan Kepala Prof. Dr. Mubyarto (Alm).

Perubahan nama menjadi Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan terjadi pada tanggal 3 April 2006 yaitu dengan terbitnya SK Rektor Universitas Gadjah Mada No. 176/P/SK/HT/2006.


Alasan perubahan nama ini antara lain adalah:

(1) untuk menyesuaikan dengan amanat Pasal 33 UUD 1945 untuk menyelenggarakan perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi atau ekonomi kerakyatan; (2) amanat Tap MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999 ? 2004; (3) amanat Tap MPR No. II/MPR/2002 tentang Rekomendasi Kebijakan Untuk Mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional; (4) untuk meningkatkan peran Pusat Studi dalam mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan; (5) untuk memperluas peluang Pusat Studi dalam mengembangkan diri.

Tujuan pendirian PUSAT STUDI EKONOMI KERAKYATAN-UGM adalah untuk melaksanakan kajian-kajian serius dalam bidang teori dan praksis ekonomi Indonesia, baik yang bersifat induktif-empirik maupun deduktif-logis. Kajian-kajian melalui pendekatan multi-disipliner tersebut dijalankan dengan mengacu langsung pada dasar filsafat dan ideologi nasional. Rumusan tentang cita-cita bangsa Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu ?melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial?. Mekanisme operasional untuk mewujudkan cita-cita tersebut terumuskan dalam pasal 33 ayat 1, 2, dan 3, UUD 1945. Pasal-pasal ini sesungguhnya merupakan upaya perjuangan untuk memperbaiki kondisi ekonomi rakyat dan untuk mengoreksi struktur ekonomi Indonesia dari ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.

Kegiatan utama PUSAT STUDI EKONOMI KERAKYATAN-UGM adalah melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan sistem ekonomi kerakyatan di berbagai tempat di Indonesia. Hasil-hasil penelitian tersebut sebagian besar diterbitkan dalam bentuk buku dan artikel ilmiah. Selama periode 2002 ? 2005, tidak kurang dari 32 judul buku dan makalah yang diterbitkan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan. Kegiatan penting lainnya adalah pelatihan, lokakarya, dan seminar bulanan. Permasalahan Permasalahan yang digarap oleh PUSAT STUDI EKONOMI KERAKYATAN-UGM tidak dapat dipisahkan dari semakin dominannya pengaruh globalisasi dalam penyelenggaraan ekonomi Indonesia. Saat ini globalisasi memang merupakan mantra yang selalu harus dilekatkan pada setiap gerak ekonomi, bahkan menjadi resep mujarab (prescription) bagi pemecahan berbagai masalah dunia.

Ada keyakinan global bahwa perdagangan dan pergerakan kapital dan informasi yang berlangsung secara bebas akan menghasilkan hal terbaik bagi kemajuan perekonomian dunia. Dengan demikian, globalisasi dan liberalisasi dipandang sebagai cara terbaik dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Itulah kini yang banyak diyakini orang dan secara sistematis disosialisasikan oleh IMF, Bank Dunia, dan organisasi perdagangan dunia (WTO).



Globalisasi dalam pengertian inilah yang disebut dengan globalisasi neoliberal. Neoliberalisme adalah satu gerakan yang ingin mengusung ideologi kapitalisme-liberalisme klasik yang mendambakan kebebasan penuh, yang pada akhirnya mempengaruhi pola pikir dan kebijakan ekonomi di negara-negara sedang berkembang. Sementara itu, paradigma pendidikan ekonomi kita berkembang dalam kultur hegemoni ajaran-ajaran ekonomi Neoklasik yang sarat dengan kepentingan kaum fundamentalis pasar.

Paradigma pendidikan ekonomi seperti itu tidak hanya bias terhadap usaha-usaha besar di sektor modern tetapi juga abai terhadap ekonomi rakyat tempat sebagian besar rakyat Indonesia menggantungkan nasibnya. Secara sistematis sistem pendidikan ekonomi yang bercorak kapitalis-neoliberal tersebut dikukuhkan dalam desain kurikulum, metode pembelajaran, buku-buku ajar, dan kerangka berpikir staf pengajar ilmu ekonomi yang berorientasi neoliberal.




reff : http://politik-ekonomirakyat-marissahaque.blogspot.com/2009/11/tentang-pusat-ekonomi-kerakyatan-ugm.html

IZIN USAHA WARNET PERORANGAN



NO KETERANGAN
1 Permohonan Kepada Kasudin Kominfomas Jaksel 
2 Fotocopy KTP Pimpinan / Penanggung Jawab 
3 Fotocopy NPWP Pribadi
4 Fotocopy Domisili dan PM. 1  dari Lurah dan Camat yang mencantumkan keterangan peruntukan wilayah  Perkantoran / Ruko dan tidak diperbolehkan peruntukkannya untuk perumahan (ASLI dibawa). 
5 Foto penanggung jawab usaha atau Direktur Utama berwarna ukuran 4 x 6 = 2 lembar latar belakang berwarna
6 Fotocopy Kontrak Kerjasama dengan Provider Penyedia Jasa Jaringan Internet
7 Surat Pernyataan Kesanggupan Operasional Usah Warnet Maksimal s/d jam 24. 00 WIB. 
8 Surat Pernyataan Kesanggupan Memberikan pelayanan terbaik bagi pengguna / pemakai jasa warnet dan juga memberikan rasa kenyamanan dan ketentraman di lingkungan masyarakat setempat
9 Surat Pernyataan Kesanggupan Bersedia menjadi Anggota AWARI
10 Surat Pernyataan Kesanggupan melaksanakan program internet sehat dan aman
11 Membayar SKRD / Surat Ketetapan Retribusi Daerah (Warnet)




reff : http://ptspjaksel.blogspot.com/2013/12/izin-usaha-warnet-perorangan.html

Sabtu, 05 Maret 2016

Os TrĂŞs caminhos

Os tr?s caminhos esforço, conhecimento e amor


 O primeiro é o caminho da aç?o - o mais duro, o mais difícil, Moisés, Maomé, Rama, Patanjali, - essas pessoas pertencem ao caminho da aç?o, algo tem que ser feito para alcançar Deus; grande esforço é necessário, esforço absoluto é necessário, ele é árduo e penoso. Mas há pessoas que sempre gostam de ir pelo caminho mais difícil. Essa é a sua escolha - elas amam isso, elas amam o desafio disso.


O segundo caminho é o caminho do conhecimento. Está no meio - nem muito difícil, nem muito simples, nem muito fácil, nem muito complexo também. O primeiro é muito complexo, o segundo é o caminho do conhecimento, exatamente no meio. Buda - Buda chamou o seu caminho de caminho do meio, majjhim nikai - Mahavira, Shankara, Ramana, Krishnamurti: essas s?o pessoas que percorrem o caminho do conhecimento. Ele n?o é t?o árduo como o primeiro, e n?o é t?o relaxado quanto o terceiro; está exatamente no meio. As pessoas que n?o s?o muito masculinas e n?o s?o muito femininas seguem este caminho.


O terceiro é o caminho do amor - o caminho da devoç?o, bhakti. Narada, Chaitanya, Meera, Sahajo, Ramakrishna - estas s?o pessoas que trilharam esse caminho. É o mais simples, mais direto, mais íntimo. Voc? n?o pode achar nada mais fácil. Esse é o atalho; ele n?o é penoso. Voc? n?o precisa fazer nada - nesse caminho, o fazer será sua destruiç?o. Voc? só precisa relaxar e confiar.


                                                         Siddhartha -Buda

Durante seis anos, Siddhartha e os seus seguidores viveram em sil?ncio e nunca sairam da floresta.
Para beber, tinham a chuva, como comida, comiam um gr?o de arroz ou um caldo de musgo, ou as fezes de um pássaro que passasse.
Estavam tentando dominar o sofrimento tornando as suas mentes t?o fortes que se esquecessem dos seus corpos.
Ent?o... um dia, Siddhartha escutou um velho músico, num barco que passava, falando para o seu aluno... Se apertares esta corda demais, ela rebenta; e se a deixares solta demais, ela n?o toca.
De repente, Siddhartha percebeu de que estas palavras simples continham uma grande verdade e que durante todos estes anos ele tinha seguido o caminho errado.
Se apertares esta corda demais, ela rebenta e se a deixares solta demais, ela n?o toca.
Uma alde? ofereceu a Siddhartha a sua taça de arroz.
E pela primeira vez em anos, ele provou uma alimentaç?o apropriada.
Mas quando os ascetas viram o seu mestre banhar-se e comer como uma pessoa comum, sentiram-se traídos, como se Siddhartha tivesse desistido da grande procura pela iluminaç?o.
Siddhartha os chamou:
Venham e comam comigo.
Os ascetas responderam:
Traíste os teus votos, Siddhartha.
Desistiu da procura.
N?o podemos continuar a te seguir.
N?o podemos continuar a aprender contigo.
E foram se retirando, Siddharta disse:
Aprender é mudar.
O caminho para a iluminaç?o está no Caminho do Meio.
É a linha entre todos os extremos opostos.
O Caminho do meio foi a grande verdade que Siddhartha descobriu, o caminho que ensinaria ao mundo.


                                               
O amor precisa ser uma realidade na sua vida, n?o só um poema, n?o só um sonho.
Ele tem de ser concretizado.
Nunca é tarde demais para viver amor pela primeira vez, aprenda a amar, poucas pessoas sabem amar.
Todas elas sabem que o amor é necessário, todas elas sabem que, sem amor a vida n?o tem sentido.
Mas elas n?o sabem amar.
E seja o que for que elas façam em nome do amor, n?o é amor é sempre outra coisa diferente.
É uma mistura de ciúme, raiva,ódio, possessividade, dominaç?o, ego.
Todos esses venenos destroem o verdadeiro néctar do amor.
Amar significa livrar-se de todos esses venenos e depois disso, aos poucos voc? começará a ver um novo tipo de amor brotar dentro de si.




#caminho do meio# buda#amor#siddhartha


Mohan Chandra Rajneesh*  Osho.




reff : http://fisiarte.blogspot.com/2015/11/os-tres-caminhos.html

Penulis nama besar ego?


Oleh Nurul Farina Nazlan
Tidak benarkan karya mereka disunting editor kerana berasa sudah mantap

BIASA didengar bahawa penulis yang ada nama besar enggan membenarkan sebarang suntingan kepada karya mereka kerana beranggapan karyanya sempurna dan kerenah ini akan menyukarkan editor menyempurnakan tugas mengikut syarat ditetapkan sesebuah syarikat penerbitan.

Lazimnya juga didengar bahawa penulis yang ada nama besar egonya tinggi sehingga enggan membenarkan editor menyunting karya mereka, sedangkan ada kalanya berlaku juga penurunan mutu karya yang berpunca daripada tema klise dan terlalu kerap berkarya dalam tempoh masa singkat sehingga idea tidak sempat ?diperam? dengan baik.

Tidak dinafikan, manuskrip yang baik adalah satu daripada faktor kejayaan sesebuah novel dan memberi banyak kelebihan kepada penulis untuk menempa nama di kalangan pembaca, namun novel itu juga pasti tidak akan berjaya sekiranya tiada semakan dan sentuhan daripada editor.

Editor Kanan Buku Prima, Mohd Ali Mohd Noor, berkata setiap bulan beliau menerima hampir enam manuskrip mentah dan semuanya memerlukan penelitian rapi, membabitkan keseluruhan aspek penulisan terutama jika diterima daripada penulis baru.

?Penulis baru bagi saya tidak banyak kerenah kerana apa saja yang dicadangkan seperti penambahan plot, jalan cerita, konflik, teknik persembahan, aksi dan watak, tidak menjadi halangan bagi mereka. Mereka akan mengikut keadaan penerbit kerana yakin dengan kemampuan editor bagi membantu penerbitan karya yang baik.

?Namun, bagi penulis lama yang sudah pun menghasilkan dua atau tiga novel, mereka inilah yang banyak kerenah. Ada saja alasan diberi agar manuskrip tidak dipinda atau ditambah isinya, tetapi saya tidak pernah beri muka kepada mereka serta menetapkan syarat iaitu memberi kerjasama kepada editor atau cari penerbit lain,? katanya kepada Sastera melalui e-mel, baru-baru ini.

Beliau yang amat mementingkan kualiti agar novel terbitan Buku Prima mendapat sambutan menggalakkan daripada pembaca turut mengakui ada penulis yang malas membuat penyelidikan sebelum menghasilkan manuskrip sehingga cerita yang dihasilkan bersifat stereo taip dan tidak mengikut perkembangan semasa.

?Saya kerap berdepan dengan situasi penulis hanya menulis apa yang terlintas di kepalanya sehingga tema serupa ditulis, sedangkan dia pernah menulis tema sama sebelum ini. Untuk mengelakkan perkara ini berlaku, saya sering memberitahu penulis agar menghasilkan tema berlainan bagi memastikan novel terbitan Buku Prima tidak tertakluk pada satu tema.

?Bagi saya, penulis perlu bersikap rendah diri, walaupun sudah ada peminat kerana tidak semestinya karya berikutnya mendapat sambutan. Mesti ada kelemahan yang tidak disedari dan kerana itu penulis memerlukan editor untuk menyemak serta membaiki karya agar mutunya terjaga dan tidak membosankan pembaca,? jelasnya.

Penulis prolifik, Aina Emir pula mencadangkan agar penulis berbincang terlebih dulu dengan penerbit agar tidak berlaku sebarang kekeliruan dan idea boleh dibincangkan bagi membantu pengarang merancang dan menulis mengikut keperluan pasaran semasa.

?Sekiranya perbincangan terperinci sudah dijalankan, penerbit tidak perlu campur tangan berkenaan gaya penulisan kerana bagi saya itu kreativiti penulis. Penulis yang bijak perlu tahu mencari kelainan dalam penulisan dan penerbit juga berhak menegur serta menolak manuskrip sekiranya penulisan tidak memenuhi apa yang dibincangkan.

?Dalam hal ini, penulis tidak perlu berkecil hati kerana tugas mereka menulis secara bijaksana dan terserah kepada pembaca menerima atau menolaknya. Saya sendiri sentiasa bertanya dengan pembaca yang rapat, rakan dan penerbit berkenaan isu yang wajar saya bangkitkan untuk karya terbaru,? katanya.

Bagaimanapun beliau juga berasa editor dan penerbit tidak boleh terlalu mencampuri dan mengubah karya sedia indah, sekiranya penulis adalah nama besar di pasaran serta mutu karya terjaga, tanpa menafikan bukan semua penulis kelompok terbabit mampu mempertahankan wibawa karya, lalu perlu berfikiran terbuka serta sedia menerima teguran.

Pengurus Penerbitan dan Editor PTS Publications & Distributors Sdn Bhd (PTS), Asma Fadila Habib, menjelaskan perkara utama yang dilihat penerbit dalam proses penyuntingan ialah isi dan jalan cerita yang menepati polisi syarikat, manakala suntingan membabitkan dua aspek iaitu bahasa serta jalan cerita.

?Pada kebiasaannya, penulis akan lebih terbuka terhadap kerja suntingan yang dilakukan editor, jika penerangan awal sudah diberikan berhubung polisi syarikat yang perlu dipatuhi dalam berkarya. Namun, ada juga kes penulis berkeras mahu mengekalkan sesuatu plot dan idea tertentu di dalam penulisannya.

?Apabila masalah ini berlaku, kami akan mengadakan perbincangan secara terbuka dan membawa pakar dalam isu yang digarap penulis. Kami juga akan menjelaskan rasional sesuatu perkara itu ditolak dan selalunya perbincangan ini akan lebih memberi kefahaman kepada penulis,? jelasnya.

Asma turut menekankan bahawa PTS menerapkan empat perkara dalam penerbitan karya iaitu memenuhi kehendak pasaran, membawa keuntungan, memberi kebaikan kepada masyarakat dan bersifat mendidik serta pada masa sama menerapkan unsur dakwah secara tidak langsung dalam karya.

?Perkara ini amat penting diterangkan kepada penulis agar mereka memahami tanggungjawab bahawa berkarya bukan hanya mahu menghasilkan buku, tetapi medan penyampaian ilmu. Dengan cara ini penulis akan lebih berhati-hati ketika dalam berkarya,? katanya.

Baginya setiap penulis sama ada bernama atau sebaliknya, perlu dilayan sama rata dan perlu mematuhi polisi penerbitan syarikat dan budaya 'pilih kasih' di kalangan penulis tidak boleh menjadi amalan editor demi kebaikan penulis, editor dan juga syarikat.




reff : http://dkelopak.blogspot.com/2013/02/penulis-nama-besar-ego.html

Know More about Music System and Home Cinema

If we talk about the entertainment, home cinema and music system come first. With numerous developments in sound engineering, plenty of trendy music systems are available in industry to select from. With many different options for home cinema and audio systems, it could be complicated how to buy sound system that complements your entertainment needs. Previously, when you thought out to buy an audio system, you might have gone right to an electronics shop, and find the loudspeakers that look great, having a nice quality of sound, and affordable cost. Isn?t it?

Before we go ahead, let see what technically stereo system is. Home stereo systems (home cinema) are usually described as a group of stereo speakers and a subwoofer attached to an amplifier in your home or other premises. Stereo or Stereophonic sound is the power to create directional sound from a pair of individual speakers. The phrase stereophonic comes from the Greek word ?stereos?, this means solid and phone, this signifies sound. From stereo it has developed to Multichannel Sound. Multichannel sound, also called surround sound needs approximately four and around seven individual audio channels or loudspeakers used in front of and behind the centre of sound and surrounds the person. Multichannel sound is recognized as 5.1, 6.1 or 7.1 channel sound as well.

When we talk about buying home cinema and sound system, it is quite easy and as soon as you purchase the home cinema and music system and take it at your home, just plug it into your head unit and you will definitely get pleased with the music it will deliver. Nevertheless, with lots of advanced technologies available with in audio systems these days, you have plenty of options to make like the range of functions, look, acoustics, portability and many more. This information will assist you to select the right home cinema system for you. Continue reading through to make a great choice in home audio systems.

There are several factors on which you should buy sound system. Those who usually keep away from the portable sound system worrying that they will don't have the audio quality. With the developments in sound engineering, well known and famous speaker suppliers make it feasible to produce ultra-lightweight music systems without any compromise to quality. Should you utilized to travel a lot and want to go often, you must search for portable home music system. Even so, if you think to buy sound system which portable with excellent audio quality, you will need to spare lots of money. High quality with terrific portability is never available at low-cost.

You should never forget the truth that not every home speaker system is pricey. If a person would like to enjoy music with mediocre quality, you will find many inexpensive home cinema and music system available in the industry. In the market, there is music system for everyone with different needs. With best search you can easily dig up suitable sound system to buy. So make your home cinema complete with excellent music system!




reff : http://encelstereo.blogspot.com/2012/07/know-more-about-music-system-and-home.html