Sabtu, 16 April 2016

ANAK SEMUA BANGSA


            Pada seri kedua Tetralogi Buru ini menceritakan tentang bagaimana Minke mulai mengenal bangsanya sendiri. Selama ini ia sangat mengutuk budaya Jawa yang sangat kolot dan tidak seperti budaya Eropa yang maju. Ketika ia telah dikabari oleh sahabatnya yang menemani istrinya (Annelis) ke Belanda, bahwasanya ia telah meninggal, betapa perasaan MInke dan mertuanya sangat hancur lebur. Namun sang mertua mampu men-support dia untuk tetap tabah dan sabar,meskipun ia sendiri sangat terluka kehilangan anaknya.
            Seiring berjalannya waktu ia mulai menemukan kembali kepercayaannya sebagai pribadi yang kuat,cerdas,dan tangguh di mata orang-orang terdekatnya. Ia kembali menjalankan rutinitasnya sebagai seorang penulis,lalu mengirimkan tulisannya ke berbagai media cetak. Ia pun banyak membantu mertuanya mengurusi perusahaan,dan juga ia tetap tekun belajar disela-sela kesibukannya.
            Suatu hari ia diajak oleh mertuanya pulang ke kampong halaman mertuanya. Mereka mengunjungi kakak sulung Nyai Ontosoroh. Kakak mertuanya tersebut termasuk pribumi yang berhasil di kampungnya. Ia memiliki jabatan dalam perusahaan Tebu milik pemerintah Kolonial. Pada suatu ketika ia dipanggil oleh asisten Residen untuk promosi kenaikan jabatan, ia diminta untuk menyerahkan anak sulungnya sebagai imbalan. Ia pun balik ke rumahnya lalu menceritakan kepada istri dan anaknya. Sang istri sangat marah, ia mencaci maki suaminya yang biadab,telah menjual putrinya. Sama seperti ketika ayahnya menjual Nyai Ontosoroh kepada tuan Herman Mellema pada waktu itu. Mengetahui hal itu,sang anak menuruti kehendak sang ayah. Kemudian anaknya minta pamit untuk meninggalkan rumah,menuju rumah sang asisten Residen. Malam hari ia berangkat,melewati perkampungan. Dimana pada saat itu banyak penyakit menular yang menimpa masyarakat di kampungnya. Ia sengaja ingin menularkan penyakit mematikan tersebut pada tubuhnya,lalu ia tularkan pada asisten Residen yang akan meng-gundik-nya. Setelah tertular penyakit mematikan itu dan telah tinggal bersama asisten Residen dalam kurun waktu yang singkat,akhirnya keduanya ditemukan mati bersama di kamar.
            Nyai Ontosoroh sangat mengutuk apa yang telah diperbuat oleh sang kakak terhadap anaknya sendiri. Ia lalu balik ke Wonokromo dengan perasaan berduka dan amarah yang menggelegar. Ia tak menyangka hal itu terjadi pada sang keponakan,persis sama apa yang telah dialaminya di masa lalu.
            Minke mulai peka melihat realita yang terjadi di negerinya. Ia merasa prihatin meliahat pribumi yang tertindas di bawah kotoran sang penjajah. Suatu ketika ia berjalan di sekitar perkampungan melihat perkebunan tebu,ia melihat para pekerja pribumi yang tersiksa bekerja di perkebunan tebu tersebut. Ketika itu ia bertemu seorang pribumi,ia nencoba mendekatinya lalu ngobrol dikit. Karena tampilanya yang ke-eropa-an membuat orang paruh baya tersebut menaruh curiga yang mendalam padanya. Minke berusaha meyakinkan orang tersebut,lalu ia dipersilahkan masuk ke rumah orang tersebut. Minke berusaha menanyakan segala sesuatu yang terjadi pada orang paruh baya tersebut. Pribumi itu kemudian menceritakan semua perlakuan pemerintah Kolonial terhadap pribumi yang ada di kampung itu.
            Pemerintah Kolonial menipu para pribumi. Lading dan sawah milik pribumi di sewa dengan harga yang murah untuk dijadikan perkebunan tebuh. Sewa tanah tersebut sangat tidak sesuai dengan apa yang telah dijanjikan pada pribumi. Setelah mendengarkan panjang lebar uraian pribumi tersebut dan mencatatnya,Minke kemudian meninggalkan tempat tersebut dan balik ke Wonokromo.
            Setelah semua tulisannya rampung,ia membawanya ke penerbit untuk dimuat dalam Koran. Namun pimpinan redaksi tersebut menolak untuk menerbitkannya,dengan alasan tulisan tersebut telah memfitnah pemerintah colonial dan tanpa ada bukti. Lalu Minke diperingati untuk tidak menulis lagi tentang kritkan terhadap pemerintah,apalagi mengenai perusahaan gula yang menjadi pokok permasalahan tulisannya. Dengan perasaan sedih,marah,dan kecewa ia balik ke rumah Jean Marais sahabatnya,di perjalanan ia mensobek-sober kertas tulisannya tersebut. Ia menyampaikan semua hal yang dialaminya tersebut kepada sahabatnya.
            Jean Marais mencoba menjelaskan padanya bahwa mengapa pimpinan redaksi tersebut menolak menerbitkan tulisannya,karena mereka dibiayai oleh perusahaan gula milik pemerintah colonial. Maka dari itu mereka menolak memuatnya dalam Koran,dan mereka tidak akan memuat berita yang bernuansa negative terhadap perusahaan gula.
            Ia pun sadar bahwasanya semua yang benar hanya milik pemerintah colonial,dan pribumi tidak mampu melawannya,sekalipun mereka benar. Pribumi takut untuk menentang kebijkan pemerintah colonial,karena hanya akan mengancam kelangsungan hidup mereka. Pribumi tidak punya hak hokum di mata pemerintahan pada saat itu. Inilah yang membuat Minke merasa bahwa bangsanya memang sangat terpuruk dan tertindas di rumah sendiri. Ia pun mulai belajar menulis dalam bahasa Jawa,dan mencoba menerbitkan tulisannya di Koran-koran melayu atau Koran local yang tidak punya kaitan dengan pemerintah terutama perusahaan gula.
Sudut pandang permasalahan
Jika di petakan permasalah yang terjadi pada saat itu,maka paling tidak seperti ini;
1.      Segi Ekonomi: perekonomian pada waktu itu sangat dikuasai oleh Belanda,meskipun mereka telah menghapuskan undang-undang perbudakan. Mereka menipu pribumi dengan perjanjian penyewaan tanah untuk dijadikan perkebunan gula dengan imbalan yang besar,namun nyatanya menyengsrakan rakyat.
2.      Segi politi: pribumi tidak punya kekuatan hukum untuk menuntut di kepada pemilik modal yang telah merampas hak mereka. Apalagi yang mereka hadapi bangsa Eropa,dimana bangsa kulit putih selalu lebih terhadap pribumi,karena memiliki badan hokum. Padahal ini adalah bangsa sendiri,kenapa malah jadi budak di rumah sendiri.
3.      Segi Kebudayaan: begitu pentingnya untuk mengenal bangsa sendiri,untuk dapat berbuat dan bertindak sendi-sendi kebudayaan harus diperkokoh agar tidak mudah dihinakan oleh bangsa lain. Disinilah Minke mulai membuka mata terhadap permasalahan yang dihadapi oleh sebangsanya sendiri.






reff : http://asranzainuddin.blogspot.com/2014/11/anak-semua-bangsa.html

The tired travelling man (with no business-cards to share at the event)

The last day came and went at the Nordic Testing Days 2012 -conference and feeling a bit sentimental. I feel like I left a whole bunch of new friends behind the pond: Raivo Pts, Kaspar Loog and Kristjan Karmo to name a few. The last day as a milestone for me also as I held my first conference talk which was a workshop about Heuristic testing using Mind maps. I have video and slides about the workshop, and also some pictures when I get my hands on them. Main thing was that I had a blast and I got the impression that at least some people got something out of the workshop too.

So today didn't go as planned but I feel I made the right choices overall. I saw Mr. Rex Black talk about Quality management (which I will be doing a minor post later), I held my exhausting workshop (which I will analyse with more depth and because I like to talk about myself ;) ) and a long hands-on exploratory testing workshop by Mart Toom (a great guy with a knack for ET - I'll write a good analysis fattened with constructive feedback). I was planning to take the shorter workshop and attend the tracks, but I felt that I would get/share (theexperience) more if I was able to participate in the workshop.

I have all my notes in mind maps. I will try to get them online as soon as possible for all the tracks. Some are less extensive than the others but I will write posts of the most interesting ones (not to say the others were not interesting but I may not have enough to share about those.

So, tomorrow I will be heading to Technical University of Tampere to join the Testauspivt ("Testing days") and to have a lightning talk about mind maps and exploratory testing. Let's see how that event turns out... ;) Hopefully even more friends and peers to talk about testing with! :D

- Peksi, the tired travelling man with no business-cards to share at the event





reff : http://how-do-i-test.blogspot.com/2012/06/quick-summary-of-last-day-in-tallinn.html

HEGEMONI


NORHALIMAH A1B110239
DESI KEMALASARI A1B110


A. Pengertian Hegemoni
merupakan gagasan Antonio Gramsci (1891-1937) yang bersumber dari buku Selection from Prison Notebooks. Buku ini adalah catatan Gramsci selama dipenjara antara tahun 1929-1935. Teori hegemoni Antonio Gramsci menganalisa berbagai relasi kekuasaan dan penindasan di masyarakat. Lewat perspektif hegemoni, akan terlihat bahwa penulisan, kajian suatu masyarakat, dan media massa merupakan alat kontrol kesadaran yang dapat digunakan kelompok penguasa.
Hegemoni berasal bahasa Yunani, egemonia yang berarti penguasa atau pemimpin. Secara ringkas, pengertian hegemoni adalah bentuk penguasaan terhadap kelompok tertentu dengan menggunakan kepemimpinan intelektual dan moral secara konsensus. Artinya, kelompok-kelompok yang terhegemoni menyepakati nilai-nilai ideologis penguasa.

Antonio Gramsci membangun suatu teori yang menekankan bagaimana penerimaan kelompok yang didominasi terhadap kehadiran kelompok dominan berlangsung dalam suatu proses yang damai, tanpa tindakan kekerasan. Media dapat menjadi sarana di mana satu kelompok mengukuhkan posisinya dan merendahkan kelompok lain. Proses bagaimana wacana mengenai gambaran masyarakat bawah bisa buruk di media berlangsung dalam suatu proses yang kompleks. Proses marjinalisasi wacana itu berlangsung secara wajar, apa adanya, dan dikhayati bersama. Khalayak tidak merasa dibodohi atau dimanipulasi oleh media. Konsep hegemoni menolong kita menjelaskan bagaimana proses ini berlangsung.
Hegemoni menekankan pada bentuk ekspresi, cara penerapan, mekanisme yang dijalankan untuk mempertahankan dan mengembangkan diri melalui para korbannya, sehingga upaya itu berhasil dan mempengaruhi dan membentuk alam pikiran mereka. Melalui hegemoni, ideology kelompok dominan dapat disebarkan, nilai dan kepercayaan dapat dipertukarkan. Akan tetapi, berbeda dengan manipulasi atau indoktrinasi, hegemoni justru terlihat wajar, orang menerima sebagai kewajaran dan sukarela.
Salah satu kekuatan hegemoni adalah bagaimana ia menciptakan cara berpikir atau wacana tertentu yang dominan, yang dianggap benar, sementara wacana lain dianggap salah. Media di sini dianggap secara tidak sengaja dapat menjadi alat bagaimana nilai-nilai atau wacana yang dipandang dominan itu disebarkan dan meresap dalam benak khalayak sehingga menjadi konsesus bersama. Sementara nilai atau wacana lain dipandang sebagai menyimpang. Misalnya, pemberitaan mengenai demonstrasi buruh, wacana yang dikembangkan seringkali perlunya pihak buruh musyawarah dan kerja sama dengan pihak perusahaan. Dominasi wacana semacam ini menyebabkan kalau buruh melakukan demonstrasi selalu dipandang tidak benar.
Di sini menggambarkan bagaimana proses hegemoni bekerja. Ia berjalan melalui suatu proses atau cara kerja yang tampak wajar. Dalam produksi berita, proses situ terjadi melalui cara yang halus, sehingga apa yang terjadi dan diberitakan oleh media tampak sebagai suatu kebenaran, memang begitulah adanya, logis dan bernalar (common sense) dan semua orang menganggap itu sebagai suatu yang tidak perlu dipertanyakan.
Teori hegemoni Gramsci menekankan bahwa dalam lapangan sosial ada pertarungan untuk memperebutkan penerimaan publik. Karena pengalaman sosial kelompok subordinat (apakah oleh kelas, gender, ras, umur, dan sebagainya) berbeda dengan ideologi kelompok dominan untuk menyebarkan ideologi dan kebenarannya tersebut agar diterima, tanpa perlawanan. Salah satu kunci strategi kunci dalam hegemoni adalah nalar awam.

B. Bentuk Hegemoni
Titik awal konsep Gramsci tentang hegemoni, bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan dua cara, yaitu kekerasan dan persuasi. (Simon, 2004:9) Cara kekerasan (represif/ dominasi) yang dilakukan kelas atas terhadap kelas bawah disebut dengan tindakan dominasi, sedangkan cara persuasinya dilaksanakan dengan cara-cara halus, dengan maksud untuk menguasai guna melanggengkan dominasi. Perantara tindak dominasi ini dilakukan oleh para aparatur negara seperti polisi, tentara, dan hakim.
Menurut Gramsci, faktor terpenting sebagai pendorong terjadinya hegemoni adalah faktor ideologi dan politik yang diciptakan penguasa dalam mempengaruhi, mengarahkan, dan membentuk pola pikir masyarakat. Faktor lainnya adalah pertama paksaan yang dialami masyarakat, sanksi yang diterapkan penguasa, hukuman yang menakutkan, kedua kebiasaan masyarakat dalam mengikuti suatu hal yang baru dan ketiga kesadaran dan persetujuan dengan unsur-unsur dalam masyarakat.

C. Fungsi Hegemoni
Hegemoni dipergunakan untuk menunjukkan adanya kelas dominan yang mengarahkan ?tidak hanya mengatur? masyarakat melalui pemaksaan kepemimpinan moral dan intelektual (Storey, 2003:172). Hegemoni di atur oleh mereka yang oleh Gramsci disebut ?intelektual organic?. Mereka adalah tokoh moral dan intelektual yang secara dominan menentukan arah konflik, politik, dan wacana yang berkembang di masyarakat. Mereka bekerja untuk melanggengkan kekuasaan atas kelompok yang lemah. Dominasi ?intelektual organic? diwujudkan melalui rekayasa bahasa sebagai sebuah kekuasaan. Melalui berbagai media bahasa ditunjukkan hadirnya kekuasaan dan pengaturan hegemoni tersebut. Berbagai kebijakan negara, misalnya, disampaikan dalam bahasa ?untuk kepentingan bangsa di masa mendatang? atau ?demi kemandirian bangsa? telah menghegemoni masyarakat untuk senantiasa menerima berbagai keputusan negara, yang merugikan sekalipun. Misalnya, hegemoni bahasa politik digunakan oleh para politisi untuk membantu bagaimana bahasa digunakan dalam persoalan-persoalan (1) siapa yang ingin berkuasa, (2) siapa yang ingin menjalankan kekuasaan, dan (3) siapa yang ingin memelihara kekuasaan (Beard, 2000:2)
Fungsi lain hegemoni yakni, menciptakan cara berpikir yang berasal dari wacana dominan, juga media yang berperan dalam penyebaran wacana dominan itu. Hegemoni dipergunakan untuk menunjukkan adanya kelas dominan yang mengarahkan tidak hanya mengatur masyarakat melalui pemaksaan kepemimpinan moral dan intelektual (Storey, 2003:172).

D. Keterkaitan Hegemoni dengan Bahasa
Bahasa menjadi sarana penting untuk melayani fungsi hegemonik tertentu. Dalam konteks ini, tidak ada peluang dan ruang publik bagi agen masyarakat untuk berbuat lain di luar kerangka ideologi kelompok hegemonik.
Hegemoni di atur oleh mereka yang oleh Gramsci disebut ?intelektual organic?. Mereka adalah tokoh moral dan intelektual yang secara dominan menentukan arah konflik, politik, dan wacana yang berkembang di masyarakat. Mereka bekerja untuk melanggengkan kekuasaan atas kelompok yang lemah. Dominasi ?intelektual organik? diwujudkan melalui rekayasa bahasa sebagai sebuah kekuasaan. Melalui berbagai media bahasa ditunjukkan hadirnya kekuasaan dan pengaturan hegemoni tersebut. Berbagai kebijakan negara, misalnya, disampaikan dalam bahasa untuk kepentingan bangsa di masa mendatang, atau demi kemandirian bangsa, telah menghegemoni masyarakat untuk senantiasa menerima berbagai keputusan negara, yang merugikan sekalipun.

Eriyanto. 2011. Analisis Wacana. Yogyakarta: LKiS Group
http://rohmadwidy.wordpress.com/2012/03/29/hegemoni-dalam-laskar-pelangi/
http://vitaandfamily.blogspot.com/2012/05/hegemoni.html
http://gado-gadosangjurnalis.blogspot.com/search?q=teori+hegemoni









reff : http://hegemoniwacana.blogspot.com/2013/04/hegemoni.html

NeuropatÄ‚­a Ăłptica tĂłxica

Hay muchos medicamentos y otras sustancias qumicas que pueden causar una neuropata ptica.
Txicos como el alcohol etlico (especialmente si se asocia a tabaquismo y desnutricin), el alcohol metlico (o alcohol de madera, sumamente txico para el nervio ptico), algunos metales (plomo, talio) y otras sustancias como el tolueno
Medicamentos como ciertos antituberculosos (etambutol, estreptomicina, isoniacida), cloramfenicol y penicilamina.
Las manifestaciones clnicas bilaterales y de instalacin gradual: disminucin de la agudeza visual, alteracin de la visin de colores. Los reflejos fotomotores se alteran menos. El fondo de ojo puede ser normal o puede haber distintos grados de atrofia ptica. En las neuropatas por cloramfenicol y metanol hay edema de papila bilateral. En el campo visual la alteracin ms comn son los escotomas centrales o centrocecales.
La mayora de las veces la funcin del nervio ptico se normaliza a las semanas despus de la suspensin del txico, pero a veces puede ser permanente, especialmente si ha habido una exposicin prolongada, pero a veces puede haber ceguera a consecuencia de exposiciones cortas, como ocurre con el metanol.



reff : http://enfermedadesdelnerviooptico.blogspot.com/2008/05/neuropata-ptica-txica.html