Selasa, 08 Maret 2016

Matematika dan Kita

Tidak dapat dipungkiri kebanyakan dari guru mempunyai pengalaman tidak menyenangkan sewaktu mempelajari matematika di SD, SMP, atau SMA. Kenyataan ini tidak jarang berubah menjadi suatu kebencian terhadap apa saja yang berhubungan dengan matematika. Bahwasanya matematika tidak disenangi di masyarakat, antara lain ditunjukkann oleh sikap sebagian besar masyarakat yang phobi terhadap matematika. Sebagian masyarakat menganggap matematika kurang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak jarang timbul pertanyaan apa manfaat matematika dalam kehidupan mereka sehari-hari? Jelaslah bahwa matematika pada taraf yang lebih lanjut tidak ada gunanya ketika berjual beli beras. Taraf ketidakgunaannya sama dengan ilmu bedah. Tapi itu tidak berarti bahwa kita boleh menjatuhkan putusan bahwa matematika hanya boleh diketahui oleh sekumpulan orang tertentu saja. Secara langsung kemampuan spasial seorang dokter bedah akan sangat membantu untuk menentukan letak organ tubuh bagian dalam dari seorang pasiennya.

Tidak banyak yang menyadari bahwa dibalik setiap teknologi yang dapat menghemat tenaga, sumber daya dan pikiran telah digunakan terlebih dahulu berbagai hasil pemikiran matematika. Bagaimana dapat kita ramalkan bahwa hujan pertama yang akan turun di berbagai wilayah Indonesia pada musim hujan tahun depan? bagaimana dapat kita ketahui berapa banyak beras yang harus kita import tahun depan untuk menutupi kekurangan produksi beras dalam negeri?. Semuanya didasarkan atas catatan data pada waktu sebelumnya, yang kemudian dicari pola-pola keteraturannya dengan menggunakan matematika, untuk kemudian digunakan alat peramal.

Bagaimana pula dapat diketahui syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dalam membangun gedung pencakar langit tahan terhadap gempa bumi dengan kekuatan tertentu? Semua didasarkan atas perhitungan-perhitungan matematika. Sayangnya semua jerih payah yang dicurahkan untuk perhitungan tidak tampak pada gedung. Yang tampak hanyalah suatu hasil karya cipta seorang ahli bangunan, sehingga orang cenderung lebih berminat untuk masuk jurusan teknik sipil atau arsitektur daripada memasuki jurusan matematika.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satu jawabannya adalah masyarakat termasuk guru belum semuanya memahami tentang apa dan bagaimana matematika itu. Guru matematika akan mampu menggunakan matematika untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, bila ia memahami dengan baik matematika yang akan digunakan sebagai wahana untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila pemahaman guru terhadap matematika kurang baik berakibat penggunaan matematika sebagai wahana pendidikan tidak dapat tercapai seperti yang diharapkan.

Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan, misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat juga membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu. Hal ini mengarahkan perhatian kepada pembelajaran nilai-nilai dalam kehidupan melalui matematika seperti jujur, disiplin tepat waktu dan tanggung jawab. Untuk itu siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih, dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan itu membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama yang efektif. Cara berpikir seperti itu dapat dikembangkan melalui belajar matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, sehingga memungkinkan siswa berpikir rasional. Implikasinya siswa perlu memiliki penguasaan matematika pada tingkat tertentu, yang merupakan penguasaan kecakapan matematika untuk dapat memahami dunia dan berhasil dalam karirnya. Kecakapan matematika yang ditumbuhkan pada siswa merupakan mata pelajaran matematika kepada pencapaian kecakapan hidup yang ingin dicapai melalui pembelajaran matematika.

Bagaimana seorang guru berusaha menguasai matematika yang akan diajarkannya serta bagaimana mengajarkannya kepada siswa merupakan seni atau kita tersendiri. Tidak benar kalau anggapan bahwa seorang yang telah menguasai matematika dengan baik akan sendirinya mampu mengajarkannya dengan baik pula.

Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif dapat juga bersama-sama digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Penerapan cara kerja matematika diharapkan dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur, dan komunikatif.

Keabstrakan objek-objek matematika perlu diupayakan agar dapat diwujudkan secara lebih konkret, sehingga akan mempermudah siswa memahaminya. Inilah kunci penting yang harus diketahui guru matematika, dan diharapkan dapt dijadikan pendorongh lebih kreatif dalam merencanakan pembelajaran.





reff : http://amusbgr.blogspot.com/2009/06/matematika-dan-kita.html

Intercontinental Trout Masterclass in Tolmin

Simona and Ale attended Intercontinental Trout Masterclass,where they were invited to give a lecture on conservation genetics of marble trout and Adriatic grayling in the Soa catchment.

The aim of the workshop, organized by Continental Trout Conservation Fund (Rene Beaumont) and held in Tomin from 25. ? 29. Aug., was to introduce diverse conservation principles and aspects of freshwater wildlife to young people from different countries, who care about nature. The mascot of the workshop was indigenous trout, and the fil rouge was the story of success referring to the marble trout restoration project in the Soa River.
> Field work: ITM participants and Duan Jesenek discuss different marble trout phenotypes.





reff : http://balkantrout.blogspot.com/2014/09/intercontinental-trout-masterclass-in.html

Senin, 07 Maret 2016

Tobias Neumann: „Moldawien – da geht noch was!

Etwas traurig war ich schon, als ich die Nachricht erhielt, dass der Konvoi in die Ukraine dieses Jahr Opfer politischen Taktierens im Umfeld der Assoziierungsgespräche zwischen der Ukraine und der EU geworden war und abgesagt werden musste. Vergebens das Hoffen bis zum Schluss, die ganze Arbeit vom Maxim, Damien und Udo. Und verdammt viele Kinder, die dieses Jahr keinen Gruß von Kindern aus Deutschland zu Weihnachten bekommen sollten.

Aber? neben der Freude, Peter und Michael, die letztes Jahr schon zum wiederholten Mal in Odessa und Umgebung waren, nach einem Jahr wiederzusehen, war da eine immense Neugier auf ein mir bisher unbekanntes Land und neue Konvoiteilnehmer. Bei letzteren stellte sich schnell heraus, dass die Zusammensetzung ebenso gelungen war, wie letztes Jahr. Viele interessante Gespräche während der nur kurzen (!) Reisezeit, alle haben mit angefasst, wenn es darauf ankam, jeder hat sich eingebracht und viel zum Gelingen der Teamleistung beigetragen.

Und auch Moldawien konnte von Anfang an Punkte sammeln: neben einer herzlichen Aufnahme von sehr bemühten Rotariern, großem Interesse der deutschen Botschaft und örtlicher Medien hatte ich schnell das gute Gefühl, dass die Bereitschaft fremde Solidarhilfe anzunehmen, größer war, als in der Ukraine. Nach ersten Eindrücken in Chisinau (europäische Orientierung erkennbar) hatte ich kurzzeitig Zweifel, ob wir richtig waren. Aber bereits die erste Fahrt mit Michael, Ion und Vitali in eine Randgemeinde von Chisinau, deren Bürgermeister Vitali ist, machte schnell deutlich: hier sind die Päckchen für die Kinder gut aufgehoben. Beeindruckend für mich neben der Spannung der Kinder, der großen Vorfreude auf die Geschenke und das begeisterte Öffnen der liebevoll verpackten und gestalteten Geschenke war die Begegnung mit Vitali: immense Tatkraft und erkennbarer Einsatz mit dem Ziel, das Leben und die Bedingungen in ?seiner? Gemeinde für die Menschen zu verbessern.

Ein Erlebnis war sicherlich die Teilnahme an der Pressekonferenz mit dem Botschafter, Peter, Alex und Adrian. Aber auch die anschließende Fahrt mit Ben (gut durchgehalten!) in Adrians Dacia-Küchenlieferwagen in den Norden bei tollem Wetter hat mir das Land näher gebracht. Alle Übergaben in Singerei waren highlights: ich fühlte die Pakete willkommen, nicht nur von den Kindern, sondern auch von den Erwachsenen, egal ob Betreuer oder Eltern. Besonders rührend: einige Kinder hatten mit einfachen Mitteln Geschenke für die Schenker oder Gedichte vorbereitet. An meine emotionale Grenze gebracht hat mich der Besuch einer Einrichtung für behinderte Kinder: die Riesenfreude, die einfache Luftballons und Süßigkeiten auslösen können, werde ich nicht vergessen.  

Der Höhepunkt der Reise war allerdings Gagausien: Eine solche Armut und widrige Lebensumstände habe ich in Europa nicht für möglich gehalten. Dass im Jahre 2013 fließendes Trinkwasser, wintertaugliche/trockene Räume und hygienische Sanitäranlagen teilweise vollständig fehlen, hat mich umgehauen. Noch mehr, die Vorstellung, dass Kinder unter solchen Bedingungen aufwachsen müssen und Teile der kindlichen Energie dafür draufgehen, damit klarzukommen, anstelle Kind sein zu dürfen. Hier ist auf jeden Fall noch mega-viel zu tun und jeder Punkt der Freude, den ein Weihnachtspäckchen spenden kann, goldrichtig gesetzt. Hoffentlich können wir hier und überall auch im nächsten Jahr wieder helfen!!

Mein Riesendank geht neben Tommy und Peter für die tolle Organisation dem gesamten Team: Ihr habt maßgeblich dazu beigetragen, dass ich eine tolle und unvergessliche Woche erleben durfte! Allen eine fröhliche Weihnacht und? bis nächstes Jahr?

Tobias Neumann (RT117 Hannover)




reff : http://konvoi-nach-odessa.blogspot.com/2013/12/tobias-neumann-moldawien-da-geht-noch.html

Minggu, 06 Maret 2016

Tentang Pusat Ekonomi Kerakyatan UGM, Yogyakarta

Terdorong ingin ikut menyuarakan pentingnya keberpihakan pada masyarakat strata luas pada lini tengah-agak bawah, saya memberanikan diri meng-copy-paste dari sumber aslinya dikampusku dengan alamat sebagai berikut:
http://www.ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/

 



Pembentukan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM dipicu oleh keprihatinan terhadap perkembangan ilmu dan sistem ekonomi di Indonesia. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perkembangan ilmu dan sistem ekonomi di Indonesia, tidak hanya semakin jauh dari cita-cita proklamasi tetapi juga semakin meminggirkan rakyat dalam proses penyelenggaraan ekonomi. Secara resmi, Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM yang lahir dengan nama Pusat Studi Ekonomi Pancasila, dibentuk pada tanggal 17 Oktober 2002 berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Gadjah Mada No. 177/P/SK/HKTL/2002, dengan Kepala Prof. Dr. Mubyarto (Alm).

Perubahan nama menjadi Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan terjadi pada tanggal 3 April 2006 yaitu dengan terbitnya SK Rektor Universitas Gadjah Mada No. 176/P/SK/HT/2006.


Alasan perubahan nama ini antara lain adalah:

(1) untuk menyesuaikan dengan amanat Pasal 33 UUD 1945 untuk menyelenggarakan perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi atau ekonomi kerakyatan; (2) amanat Tap MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999 ? 2004; (3) amanat Tap MPR No. II/MPR/2002 tentang Rekomendasi Kebijakan Untuk Mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional; (4) untuk meningkatkan peran Pusat Studi dalam mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan; (5) untuk memperluas peluang Pusat Studi dalam mengembangkan diri.

Tujuan pendirian PUSAT STUDI EKONOMI KERAKYATAN-UGM adalah untuk melaksanakan kajian-kajian serius dalam bidang teori dan praksis ekonomi Indonesia, baik yang bersifat induktif-empirik maupun deduktif-logis. Kajian-kajian melalui pendekatan multi-disipliner tersebut dijalankan dengan mengacu langsung pada dasar filsafat dan ideologi nasional. Rumusan tentang cita-cita bangsa Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu ?melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial?. Mekanisme operasional untuk mewujudkan cita-cita tersebut terumuskan dalam pasal 33 ayat 1, 2, dan 3, UUD 1945. Pasal-pasal ini sesungguhnya merupakan upaya perjuangan untuk memperbaiki kondisi ekonomi rakyat dan untuk mengoreksi struktur ekonomi Indonesia dari ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.

Kegiatan utama PUSAT STUDI EKONOMI KERAKYATAN-UGM adalah melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan sistem ekonomi kerakyatan di berbagai tempat di Indonesia. Hasil-hasil penelitian tersebut sebagian besar diterbitkan dalam bentuk buku dan artikel ilmiah. Selama periode 2002 ? 2005, tidak kurang dari 32 judul buku dan makalah yang diterbitkan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan. Kegiatan penting lainnya adalah pelatihan, lokakarya, dan seminar bulanan. Permasalahan Permasalahan yang digarap oleh PUSAT STUDI EKONOMI KERAKYATAN-UGM tidak dapat dipisahkan dari semakin dominannya pengaruh globalisasi dalam penyelenggaraan ekonomi Indonesia. Saat ini globalisasi memang merupakan mantra yang selalu harus dilekatkan pada setiap gerak ekonomi, bahkan menjadi resep mujarab (prescription) bagi pemecahan berbagai masalah dunia.

Ada keyakinan global bahwa perdagangan dan pergerakan kapital dan informasi yang berlangsung secara bebas akan menghasilkan hal terbaik bagi kemajuan perekonomian dunia. Dengan demikian, globalisasi dan liberalisasi dipandang sebagai cara terbaik dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Itulah kini yang banyak diyakini orang dan secara sistematis disosialisasikan oleh IMF, Bank Dunia, dan organisasi perdagangan dunia (WTO).



Globalisasi dalam pengertian inilah yang disebut dengan globalisasi neoliberal. Neoliberalisme adalah satu gerakan yang ingin mengusung ideologi kapitalisme-liberalisme klasik yang mendambakan kebebasan penuh, yang pada akhirnya mempengaruhi pola pikir dan kebijakan ekonomi di negara-negara sedang berkembang. Sementara itu, paradigma pendidikan ekonomi kita berkembang dalam kultur hegemoni ajaran-ajaran ekonomi Neoklasik yang sarat dengan kepentingan kaum fundamentalis pasar.

Paradigma pendidikan ekonomi seperti itu tidak hanya bias terhadap usaha-usaha besar di sektor modern tetapi juga abai terhadap ekonomi rakyat tempat sebagian besar rakyat Indonesia menggantungkan nasibnya. Secara sistematis sistem pendidikan ekonomi yang bercorak kapitalis-neoliberal tersebut dikukuhkan dalam desain kurikulum, metode pembelajaran, buku-buku ajar, dan kerangka berpikir staf pengajar ilmu ekonomi yang berorientasi neoliberal.




reff : http://politik-ekonomirakyat-marissahaque.blogspot.com/2009/11/tentang-pusat-ekonomi-kerakyatan-ugm.html

IZIN USAHA WARNET PERORANGAN



NO KETERANGAN
1 Permohonan Kepada Kasudin Kominfomas Jaksel 
2 Fotocopy KTP Pimpinan / Penanggung Jawab 
3 Fotocopy NPWP Pribadi
4 Fotocopy Domisili dan PM. 1  dari Lurah dan Camat yang mencantumkan keterangan peruntukan wilayah  Perkantoran / Ruko dan tidak diperbolehkan peruntukkannya untuk perumahan (ASLI dibawa). 
5 Foto penanggung jawab usaha atau Direktur Utama berwarna ukuran 4 x 6 = 2 lembar latar belakang berwarna
6 Fotocopy Kontrak Kerjasama dengan Provider Penyedia Jasa Jaringan Internet
7 Surat Pernyataan Kesanggupan Operasional Usah Warnet Maksimal s/d jam 24. 00 WIB. 
8 Surat Pernyataan Kesanggupan Memberikan pelayanan terbaik bagi pengguna / pemakai jasa warnet dan juga memberikan rasa kenyamanan dan ketentraman di lingkungan masyarakat setempat
9 Surat Pernyataan Kesanggupan Bersedia menjadi Anggota AWARI
10 Surat Pernyataan Kesanggupan melaksanakan program internet sehat dan aman
11 Membayar SKRD / Surat Ketetapan Retribusi Daerah (Warnet)




reff : http://ptspjaksel.blogspot.com/2013/12/izin-usaha-warnet-perorangan.html